Dalam buku Life’s Journey karya Pak Komaruddin Hidayat (yang sebagian kecilnya sudah saya baca isi bukunya), ada satu judul artikel yang menurut saya bagus untuk disimak. Working with Passion. Artikel ini menjelaskan tentang bagaimana seharusnya seseorang bekerja dan berkarya, agar didapatkan kebahagiaan yang hakiki, bukan sekadar mendapatkan lembaran-lembaran rupiah.
Dan, ketika saya mengingat judul artikel tersebut, saya jadi terbayang (lagi-lagi) dengan sosok inspiratif di Kompasiana. Siapa lagi kalau bukan Pak Tjiptadinata Effendi. Rupanya, masterpiece tulisannya yang berjumlah seribu sembilan ratus lebih artikel itu tak henti-hentinya mengalir meski usia beliau telah memasuki kepala tujuh. Saluuuut!
Saya mencoba menelaah dan mengkaji isi artikel di buku itu, lalu saya padukan dengan apa yang pernah saya baca di artikel beliau yang berada di Kompasiana. Daaan... ternyata beliau telah berkarya, dan terus ‘menguratkan penanya’ pada usia senjanya dengan hasrat di hati yang terdalam!
Oh ya, walaupun manusia telah memasuki masa tuanya, bukan berarti berhenti untuk berkarya. Tentu tujuannya bukan (hanya) mencari uang ‘kan yaaa. Setidaknya, mereka terus berkarya dengan hobi, skill, dan lebih penting lagi, rasa cinta untuk terus menghasilkan karya-karya terbaiknya dan tulus untuk berbagi.
Menulis, Berkarya dengan Cinta
Hmmm, sejak kapan ya,kok bisa Pak Tjipta begitu getolnya menulis artikel setiap hari sebanyak satu, dua, bahkan tiga artikel? Ternyata, beliau melakukannya sejak berusia muda. Setiap hari beliau menulis catatan hariannya dengan menggunakan satu buku tulisnya yang dibelah dua, lalu disimpan dalam bambu.
Dari buku hariannya itu, berbagai peristiwa terekam dalam tulisannya, misalnya kelulusannya dari SMA don Bosco. Ooh, begitu toh rahasianya, mengapa ide-ide menulisnya selalu ada setiap hari selain didukung oleh usianya yang sangat berpengalaman, sehingga kegiatan menulisnya nggak terputus-putus. Jadi benarlah apa yang pernah saya bahas di artikel yang penuh pelajaran berharga: Jangan Sepelekan Menulis di Buku Harian!
Perlahan-lahan, menulis bagi Pak Tjipta tidak lagi menjadi sekadar hobi, sekaligus menjadi candu. Energinya untuk menulis kian menjadi-jadi ketika beliau menyadari betapa besar manfaat dari menulis. Menulis itu melawan lupa, sekaligus merawat ingatan agar kepikunan bisa diperlambat. Menulis bisa menjadi terapi jiwa sehingga kualitas jiwanya menjadi lebih baik. Tentu, karena beliau pernah mengalami peristiwa yang menguncang batinnya dan mengalami gegar otak serta ingin segera melupakan pengalaman buruk dengan melakukan kegiatan-kegiatan positif.
Setelah sekian lama mengenal menulis, mempraktikkannya, serta merasakan manfaatnya, dengan penuh cinta beliau terus menekuni kemampuannya setelah disibukkan menjadi pedagang dan pengusaha, pindah ke Jakarta, kemudian lebih dari sepuluh tahun terakhir, kini beliau menetap di Australia bersama istri dan anak cucu.
Seperti yang pernah saya katakan di atas, ada beberapa point penting yang bisa dipetik dari artikel Working with Passion dan kaitannya dengan kegiatan menulis oleh Pak Tjipta, antara lain sebagai berikut:
Pertama, bagi seseorang yang memilikipassion yang sangat dalam, mencintai bidang yang disukai, apapun akan dilakukan dan akan menjalaninya dengan antusias. Mereka terus berkarya, bahkan melebihi jadwal harian yang mereka miliki serta merasa waktu untuk berkegiatan akan cepat berlalu. Istilah lainnya sih, lupa segalanya! Hal tersebut pasti dilakukan oleh Pak Tjipta. Bermukim di negara (benua) Australia menjadi suatu keuntungan baginya untuk terus menulis. Tentu saja karena tidak mungkin beliau berdiam diri di rumah tanpa kegiatan yang berarti.