Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Kasus Bom Sarinah, Stasiun TV Berita Harus Introspeksi Diri!

Diperbarui: 10 September 2016   11:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Tiga hari lagi, Kompas TV akan diluncurkan ulang. Ups, bukan peluncuran yang pertama kali lah ya. Ini hanya sekadar peneguhan bahwa Kompas TV akan berfokus ke TV berita dan informasi dalam sebuah acara konser, yang bertajuk Suara Indonesia. Acara tersebut, juga disisipi oleh pemberian penghargaan kepada orang yang berjasa dalam bidang tertentu, sebut saja Ellyas Pical di bidang olahraga, penyanyi senior Waldjinah, dan beberapa tokoh lainnya.

Sebelumnya, Kompas TV memang sudah menyajikan tayangan-tayangan yang inspiratif, ya sesuai dengan slogannya “Inspirasi Indonesia”. Berita, tentu saja ada. Pernah ada, kalau gak salah, berita seleb, namun sudah tidak ditayangkan lagi. Acara pengetahuan yang berjudul Science is Fun, acara pencarian komika berbakat SUCI, dan lain sebagainya. Namun, semenjak kepempimpinan redaksi dipegang oleh Rosianna Silalahi menggantikan alm. Taufik Mihardja yang wafat Agustus 2014 lalu, Kompas TV semakin percaya diri deh, ingin menjadikan sebagai sumber berita dan informasi yang bermanfaat, sebagai branding-nya.

Tapi, saya tidak membahas lebih lanjut tentang hal itu!

Mengapa?

Mari kita lihat peforma beberapa stasiun TV berita sepanjang awal tahun ini, Januari 2016. Memang pada awal bulan ini, setidaknya berjalan normal seperti biasa. Namun, memasuki pekan kedua bulan ini, peristiwa besar nan mengerikan telah terjadi di ibukota negeri ini!

Ya!

Kasus bom yang terjadi di Sarinah, Jakarta ini menambah lagi, dan lagi kasus teror yang terjadi di Indonesia. Tragedi tersebut yang menimbulkan korban jiwa dan luka ini, menjadi berita yang penting, dan sangat penting untuk diketahui masyarakat. Tak heran, berita tersebut dijadikanheadline alias berita utama, dan di berbagai stasiun TV, sempat dibuatkan segmen khusus untuk berita tersebut, ya semacam Breaking News.

Tak heran, saking pentingnya berita ini bagi khalayak, para wartawan di media cetak maupun elektronik ini, rela memburu berita di lokasi kejadian. Setelah informasi itu didapat, lalu diolah sedemikian rupa dengan waktu secepat mungkin supaya cepat sampai ke hadapan publik lewat berbagai media, dan jadilah berita!

Tapi sayangnya, beberapa stasiun TV ada yang meramu berita dengan kabar burung yang menyesatkan masyarakat. Ditambah lagi, visualisasi jenazah yang diperlihatkan jelas, tanpa diblur. Karena itulah, KPI menegur 7 stasiun TV dan satu stasiun radio karena ceroboh dalam menayangkan berita, dengan berbagai cara. Intinya, stasiun-stasiun tersebut melanggar prinsip-prinsip jurnalistik yang seharusnya dipegang teguh untuk diamalkan para jurnalis.

Dan, diantara ketujuh stasiun TV tersebut, ada tiga stasiun TV yang notabenenya, stasiun televisi berita, yaitu Metro TV, TV One, dan iNews TV yang belum sampai setahun sejak diluncurkan 6 April 2015 lalu. Ya, tentu sangat disayangkan, bukan? Padahal, stasiun TV berita didirikan, ya memberi berita teraktual dan bertanggung jawab, setidaknya, tidak melukai hati pemirsa yang menyaksikannya.

Di sisi lain, stasiun televisi non berita, lolos dari teguran KPI, malah meraihrating tertinggi diantara banyak acara-acara televisi. Ya apalagi kalau bukan acara berita yang mengusung slogan “Aktual, Tajam, dan Terpercaya” itu, Liputan 6. Ini menandakan, bahwa acara tersebut yang digandrungi banyak pemirsa itu, memang menyajikan berita yang lebih akurat. Ditambah, dengan faktor masyarakatnya yang sudah kritis dan pandai dalam memilah acara-acara televisi, terlebih pada zaman sekarang ini, banyak ‘kan acara TV yang mengandung nilai-nilai yang tidak mendidik dan malah merusak moral, khususnya anak bangsa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline