Sudah tidak menjadi rahasia umum lagi, kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Namun, ternyata tidak hanya kualitas guru yang rendah, namun berhentinya guru untuk belajar, serta sederet permasalahan lainnya pada para guru. Nah, kalau begini, bisa berbahaya dong buat kelangsungan pendidikan di negeri ini!
Dilansir dari kabar24.bisnis.com, berhentinya guru belajar bermula dari kesalahpahaman tentang pentingnya guru harus belajar. Kesalahpahaman yang pertama adalah, guru tidak belajar kecuali ada intensif tunjangan atau hadiah. Kedua, guru hanya tahu cara melakukan sesuatu, tidak perlu atau tidak paham mengapa melakukan sesuatu. Ketiga, kompetensi guru adalah sesuatu yang bisa diukur dan ditingkatkan secara individual tanpa mempertimbangkan konteks ekosistem.
Selain itu berhentinya guru belajar juga dipengaruhi oleh buruknya kualitas pelatihan dan beban kerja administratif yang membuat para guru kehabisan waktu luang untuk belajar.
Padahal, menurut yang diberitakan tempo.co, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan berpesan kepada para guru agar mengajar sesuai zaman sekarang, istilahnya mengajar tidak dengan menggunakan pendekatan lama dan dididik seragam. Tidak hanya itu, beliau juga menyarankan agar pendidikan dibangun dengan suasana merdeka tanpa meninggalkan tanggung jawab, dan memunculkan kreasi dan inovasi dalam kegiatan mengajar. Dan yang paling penting, beliau berpesan agar para guru menjadi manusia pembelajar, dalam artian belajar, tidak hanya sekadar mengajar.
Ya, menyangkut gaya mengajar zaman sekarang, saya punya pengalaman diajarkan oleh banyak guru selama saya bersekolah, dimana ketika mereka mengajar, banyak siswa yang merasakan dan mengajarkan “ah, guru ini mengajarnya bikin gak mudeng”, apalagi mengajar mata pelajaran yang menurut kami sulit. Sebagaimana yang disampaikan oleh Pak Anies Baswedan tadi, jika dididik seragam, ya tidak akan maju sekarang.
Kalau begitu, para guru harus bagaimana? Pahami karakter mereka dan gaya belajarnya, dengan cara mengenali gaya belajar masing-masing siswa. Misalnya ya, si A gaya belajarnya visual, si B gaya belajarnya audio, si C gaya belajarnya kinestetik, dan seterusnya. Ada yang suka memperhatikan dengan serius, suka mencatat, bahkan ada yang bergerak kesana kemari.
Terlebih untuk pengajar guru SLB, dimana para guru harus memahami karakter siswa penyandang disabilitas, apakah dia penyandang tunanetra, tunarungu, maupun tunawicara. Pahami juga gaya belajar mereka layaknya orang normal. Dengan demikian, para guru bisa memperlakukan mereka saat mengajar, tentunya dengan cara yang berbeda-beda, disesuaikan dengan kebutuhan si anak.
Karena itulah, para guru sebaiknya belajar, agar materi pelajaran yang disampaikan para siswa bisa dimengerti. Caranya bagaimana? Guru harus tahu teknik penyampaian yang mudah dimengerti oleh siswa yang gaya belajarnya auditorial, memperagakan ketika mengajar agar siswa kinestetik mudah memahami pelajaran, dan lain sebagainya.
Dan, tidak hanya itu, hendaknya para guru mengembangkan metode pembelajaran yang berbeda sesuai kreativitas dan inovasi. Hal ini dilakukan agar para siswa tidak merasa bosan saat diajarkan gurunya. Apalagi untuk anak murid SD yang terkadang saat belajar, mereka juga biasa bermain, sehingga alangkah baiknya jika guru tersebut belajar di kelas sambil bermain, misalnya pada percobaan Sains. Selain itu, bisa juga lho, guru bisa menyisipkan motivasi, sehingga para siswa semakin semangat untuk belajar, menuntut ilmu.
Dengan demikian, ya para guru seharusnya untuk terus belajar, bagaimana sih cara mengajarkan materi yang baik kepada para siswa. Jika semua siswa paham apa yang disampaikan oleh para guru, terlebih sampai membuat siswa bergairah dalam menuntut ilmu. Kalau udah begini, namanya nyontek-menyontek saat ujian, bisa dihindari.
Nah, bagaimana caranya agar guru bisa belajar mengasah kemampuan mengajar?