Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Ramadhan dan Fenomena Pamer Kekayaan

Diperbarui: 10 September 2016   11:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Bismillaah....

Pada bulan April lalu, dunia pertelevisian Indonesia diwarnai oleh pamer kekayaan yang dilakukan oleh dua artis, yang disiarkan oleh salah satu acara di televisi swasta. Akibatnya, stasiun TV tersebut ditegur oleh KPI dan KPI melarang semua stasiun TV menyiarkan tayangan pamer kekayaan yang dilakukan para artis. Alasannya, perbuatan tersebut mengajarkan paham hedonisme dan tidak sesuai dengan budaya Indonesia, yang memiliki masyarakat dengan perekonomian yang berbeda-beda.

Memang, teguran dan larangan KPI sungguh tepat untuk mengingatkan kita. Dalam agama Islam, kita dilarang untuk memamerkan kekayaan karena termasuk pada kesombongan, seperti yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam Al-Qur’an:

“....Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri” (QS: An-Nisa’: 36)

Tentunya, kita teringat pada kisah Qarun pada zaman Nabi Musa alaihis salaam, dimana dahulu beliau adalah seorang yang miskin, dan karena karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala, dia diberi kekayaan yang banyak sekali. Sayang, Setelah diberi kekayaan melimpah, dia berubah menjadi sombong dan mengaku hanya hasil kerja keras tanpa campur tangan Allah. Alhasil, dia diazab dengan ditenggelamkan ke bumi beserta hartanya.

Ini yang menjadi ibrah bagi kita semua, bahwa Allah Maha Kaya. Dan kekayaan yang kita miliki sesungguhnya adalah amanah dan titipan dariNya, yang kapan saja jika Dia menghendaki, bisa mengambilnya kembali. Sesungguhnya, kita tidak bisa mengklaim kepemilikan harta secara pribadi karena semua apa yang ada di dunia ini, termasuk kita, adalah milik Allah.

Sekarang, pada berita tersebut, para artis tersebut melakukan pamer barang yang berharga fantasis. Misalnya pakaian berharga 18 juta, sepatu yang harganya 98 juta, perhiasan seharga lebih dari 1 Miliar, dan sebagainya.

Berdasarkan harga barang di atas, terjadi pemborosan dalam membelanjakan harta tersebut. Padahal, pada surat Al Isra’ ayat 26-27, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengingatkan kita dalam firmanNya:

“....Dan janganlah kamu menghamburkan hartamu secara boros. Seungguhnya orang-orang pemboros adalah saudara-saudara setan, dan setan itu sangat ingkar pada Tuhannya”

Artinya, kita dilarang membelanjakan harta secara berlebihan, terutama berbelanja barang dengan harga yang sangat mahal. Ingat, kadar pemberian rezeki seseorang berbeda-beda bagi setiap orang. Jadi, berlakulah bijak dalam membelanjakan harta sebagai bentuk syukur kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Pada hari kiamat kelak, orang-orang kaya, yang memiliki kekayaan melimpah akan dihisab dengan sangat berat. Ini berkaitan dengan penggunaan harta tersebut selama di dunia. Jika penggunaan harta tersebut sesuai dengan aturan Allah, niscaya orang tersebut akan selamat sampai di surga. Begitu pula sebaliknya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline