Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Seandainya Bangunan Kolonial di Lampung Dirawat Seperti di Kota Tua

Diperbarui: 17 Juni 2015   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1426126814792373432

[caption id="attachment_402142" align="aligncenter" width="300" caption="Rumah Daswat, salah satu rumah peninggalan Belanda di Lampung yang masih tersisa(lampungonline.com)"][/caption]

Membaca artikel daring Tribunnews.com tentang Bangunan Peninggalan Belanda Sudah Tidak Berjejak di Lampung, membuat di hati saya bertanya-tanya, mengapa situs bersejarah ini menghilang di Bandar Lampung sampai tak berbekas. Padahal, kalau dirawat, akan menjadi situs yang sangat menarik dikunjungi, sampai mengalahkan kunjungan di Museum Lampung. Namun, apa daya, minimnya perhatian pemerintah, membiarkan situs bangunan kuno ini dibiarkan begitu saja, bahkan sampai ambruk dimakan usia. Sedikit sekali, bahkan beberapa bangunan tua yang ditemukan di Bandar Lampung yang masih terawat dengan baik. Salah satu markas Polda Lampung, juga berasal dari bekas bangunan Kolonial ini.

Belajar dari Perawatan Pembangunan di Kota Tua
Kawasan Kota Tua di Jakarta Barat, rata-rata diisi dengan bangunan-bangunan kuno peningggalan Kolonial Belanda, dengan jumlah bangunan kuno yang cukup banyak. Kebanyakan bangunan tersebut masih terawat dengan baik, bahkan sudah diubah menjadi museum misalnya saja Museum Wayang, Museum Fatahilah, dan sebagainya. Karena keseriusan inilah, Kota Tua menjadi tempat destinasi sejarah paling menarik bagi pengujung, bahkan sampai dijadikan foto pra-wedding.

Tidak hanya itu, banyak juga situs sejarah yang dirawat dengan baik, yang tersebar di berbagai daerah. Misalnya saja Gereja Belenduk di Semarang, dan bangunan kuno lain di kota Bandung. Bangunan-bangunan tersebut terawat cukup apik, bahkan sampai dipertahankan sampai sekarang.

Nah, berkaca dari perawatan di kota tua itulah, sudah saatnya Pemkot Bandar Lampung, dan Pemprov lampung khususnya, agar mau merawat bangunan-bangunan kolonial Belanda yang masih tersisa, agar mau belajar dari pengelolaan dan perawatan bangunan tua dari Kota Tua Jakarta dan kota tua di daerah lainnya. Misalnya Rumah Daswati yang menjadi tempat pendatanganan pembentukan Provinsi Lampung, ini lebih pantas dijadikan museum dari pada dijual atau dirobohkan. Hal yang sama juga berlaku pada bangunan kuno lainnya di Bandar Lampung.

Tidak hanya itu, hilangnya situs sejarah, terutama candi dan banguan tua, hendaknya menjadi tamparan keras bagi pemerintah dan pihak yang peduli dengan situs sejarah, agar menjaga situs sejarah tersebut dengan baik, agar situs tersebut tidak disia-siakan, ditelantarkan, bahkan menghilang. Padahal, jika menghargai sejarah kita dengan melihat situs kuno dan bangunan tua yang dirawat dengan baik, betapa bangganya kita, sebagai bangsa Indonesia yang besar, seperti yang dikemukakan Soekarno dengan JAS MERAH-nya: "Jangan sekali-kali melupakan sejarah!"

Belajarlah dari Jepang, betapa pemerintah di sana sangat menghargai sejarah dengan merawat kuil kuno dan istana kuno yang tersebar di berbagai penjuru di Jepang. Atau, gak usah jauh-jauh dari sini, lihatkah bagaimana situs bersejarah Pugung Raharjo di Lampung Timur, bisa dipertahankan sejak ditemukan hingga berubah menjadi salah satu situs wisata sejarah yang berada di Lampung. Seharusnya semua pihak mau melestarikan situs sejarah sebagai identitas budaya bangsa. Kalian tidak mau kan, bangsa kita dicap sebagai bangsa yang tidak menghargai sejarah kita sendiri?

Ya, seandainya saja kita bermimpi, kapan bangunan tua ini akan disulap menjadi tempat wisata menarik di Lampung (dan didaerah lainnya), pasti tempat sejarah Indonesia menjadi lebih kaya....

Referensi: http://www.tribunnews.com/video/2015/03/11/newsvideo-bangunan-belanda-yang-tidak-berjejak-di-lampung
http://lampungheritage.com/beranda/35-slideshow/68-rumah-daswati-yang-terlupakan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline