Lihat ke Halaman Asli

Nahariyha Dewiwiddie

TERVERIFIKASI

Penulis dan Pembelajar

Indonesian Inspirator: Antara Een Sukaesih dan Bob Sadino

Diperbarui: 17 Juni 2015   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sudah sebulan lebih pejuang pendidikan Een Sukaesih pergi meninggalkan kita selaku rakyat Indonesia. Namun kesedihan kita belumlah berakhir. Pada 19 Januari lalu, pengusaha legendaris Bambang Mustari Sadino atau yang dikenal sebagai Bob Sadino telah menyusul Ibu Een ke alam baka. Indonesia telah kehilangan 2 inspirator dan putra-putri terbaik bangsa dalam selang waktu 1 bulan lamanya. Keteladanan dibalik sosok keduanya membuat bangsa Indonesia sangat kehilangan figur terbaik bangsa. Lantas, mengapa keduanya begitu dicintai oleh masyarakat luas?

Ibu Een dan Bob adalah dua sosok yang berbeda, namun mereka sama-sama mengajarkan bagaimana hidup adalah perjuangan, mereka tidak akan menyerah dan selalu berusaha memberikan yang terbaik. Kelumpuhan yang diderita Ibu Een akibat sakit rematoid artifis selama puluhan tahun tak menghalangi ibu Een dalam menggapai cita-citanya sebagai guru. Sesudah beliau lulus D3 Bimbingan konseling IKIP Bandung (kini UPI), beliau sempat diangkat menjadi guru di sebuah SMA di Cirebon, namun takdir berkata lain, beliau lumpuh, bahkan dokter sempat memvonis umur Een tidak lama lagi. Namun beliau tidak menyerah dan justru mengabdikan diri di rumah sederhana dengan mengajar anak-anak di sekitar rumahnya tanpa dipungut biaya, meski harus berbaring di tempat tidur.

Lain halnya dengan Bob Sadino. Terlahir dari keluarga berkecukupan, pada usia 19 tahun beliau mewarisi harta kekayaan dari orang tuanya yang wafat pada waktu itu, karena semua kakak-kakaknya hidup mapan. Lalu beliau berkelana ke luar negeri, bekerja di sana, dan pulang ke Indonesia dengan 2 mobil hasil kerja kerasnya. Kemudian salah satu mobilnya dijual untuk membali sebidang tanah di Kemang, Jakarta dan salah satu mobil lainnya digunakan untuk sewa mobil. namun sayang, mobil tersebut rusak. Bob Sadino sempat bekerja menjadi tukang bangunan, berbisnis telur ayam, sampai pada akhirnya beliau mengembangkan perusahaan menjadi Kem Chick dan Kem Food.

Meskipun sukses sebagai pengusaha, Bob Sadino tidak melupakan kewajibannya sebagai hamba Tuhan. Beliau telah menunaikan ibadah haji dan umroh, dan pernah menunaikan shalat bersama istri dan kedua anaknya. Beliau berpesan agar jangan meninggalkan Tuhan dalam keseharian. Hal yang sama juga dilakukan Ibu Een. Beliau tetap menjalankan shalat 5 waktu dan mengaji dalam keadaan lumpuh. Beliau juga berkeinginan untuk menunaikan ibadah haji, namun sayang tidak kesampaian karena telah dijemput ajal.

Bob Sadino dan Een Sukaesih juga mengajarkan kesederhanaan dalam hidup. Meskipun telah berhasil dalam usahanya, tidak membuat beliau sombong. Beliau tetap santai dengan celana pendek dan kemeja putih, yang membuat sosok Bob Sadino sebagai pengusaha nyentrik. Ibu Een juga melakukan hal yang sama: menjadi guru bagi murid di desanya tanpa pamrih, mengajar dengan penuh kesederhanaan dan kasih sayang.

Namun, ada satu hal yang bertolak belakang dari keduanya sebagai inspirator bangsa, yaitu jika Ibu Een berhasil mencapai cita-citanya dengan meraih gelar diplomanya dari IKIP bandung, hal yang berbeda justru dialami oleh Bob Sadino, yaitu menimba ilmu dari 'jalanan' dan tidak pernah kuliah. menurutnya, jika mereka kuliah, justru otaknya dipenuhi dengan 'sampah' ilmu. Kalau ingin sukses, janganlah kuliah. Namun demikian, jalan hidup seseorang memang sendiri-sendiri dan sudah ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa.

Kisah hidup Een Sukaesih dan Bob Sadino yang penuh inspiratif membuat para penulis tertarik untuk mengabadikan kisah mereka. Kisah Ibu Een dalam memberikan bimbingan kepada anak-anak di desanya telah dibukukan berjudul Een Sukaesih: Sang Guru Qolbu. Sedangkan kisah sukses Bob Sadino sebagai pengusaha telah diterbitkan menjadi sebuah judul buku, yaitu Bob Sadino: Mereka Bilang Saya Gila!, Monyet Aja Bisa Cari Duit dan"Belajar Goblok dari Bob Sadino". Bahkan keduanya pernah bertemu dengan presiden. Ibu Een telah dua kali bertemu dengan SBY di Istana negara dan di rumahnya, dan Bob pernah bertemu dengan Presiden Soeharto, Megawati, hingga SBY. Tidak hanya itu, beliau pernah diusir oleh anggota DPR dan Pasampres hanya karena bercelana pendek. Atas jasanya bagi pendidikan Indonesia, Ibu Een diberikan penghargaan, salah satunya Liputan 6 Awards. Sedangkan Bob Sadino justru berkarya menjadi motivator dan sering menuangkan kata mutiara yang inspiratif, tentang kewirausahaan berdasarkan pengalaman hidupnya.

Kini, Ibu Een, sang guru qolbu, telah wafat  tanggal 12 Desember 2014 pada usia 51 tahun. Beliau wafat dalam keadaan masih lajang dan meninggalkan warisan berupa Rumah Pintar yang belum diselesaikan. Sedangkan Bob Sadino tutup usia pada usia senjanya, yaitu 81 tahun. beliau hanya meninggalkan 2 putri yang sudah menikah berserta 4 cucunya dan beberapa perusahaan miliknya seperti Kem Chick dan Kem Food. meskipun mereka kini telah tiada, namun jasa  dan inspirasi dari mereka bagi Indonesia akan selalu dikenang dan takkan terlupakan...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline