Lihat ke Halaman Asli

Dewi Sundari

Praktisi Kejawen

Sejarah Gamelan Jawa & Perkembangannya

Diperbarui: 19 Mei 2017   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gamelan Jawa, sumber : https://i.ytimg.com/vi/EyRUmBvnr1U/maxresdefault.jpg

Disebut gamelan Jawa karena memang asal penamaannya dari Bahasa Jawa. Tetapi meski demikian, gamelan sebenarnya dapat ditemui di berbagai daerah lain. Termasuk Sunda, Madura, Bali dan Lombok.

Apa itu Gamelan Jawa?

Kata ‘gamel’ dalam Bahasa Jawa artinya memukul atau menabuh. Sedangkan akhiran ‘an’ berfungsi membentuk kata benda. Sehingga makna gamelan adalah seperangkat alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh.

Alat-alat musik gamelan didominasi material kayu dan gangsa, atau sejenis logam campuran timah dan tembaga. Instrumen pengiring gamelan antara lain kendang, bonang, panerus, gender dan gambang. Juga ada suling, siter, clempung, slenthem, demung dan saron. Selain tentu saja gong, kenong, kethuk, japan, kempyang, kempul dan peking.

Sejarah Gamelan Jawa

Seawal-awalnya, relief gamelan nampak pada dinding Candi Borobudur yang dibangun pada abad kesembilan. Relief tersebut menampilkan sejumlah alat musik, termasuk kendang, suling bambu, kecapi, dawai dan lonceng. Pada masa Hindu-Buddha, gamelan diperkenalkan kepada masyarakat Jawa dan berkembang di Kerajaan Majapahit.

Secara tradisional sendiri masyarakat Jawa meyakini bahwa gamelan diciptakan oleh Sang Hyang Guru Era Saka. Dewa penguasa seluruh Tanah Jawa dengan istananya yang berada di Gunung Mahendra (sekarang Gunung Lawu), daerah Medang Kamulan. Olehnya alat musik yang pertama diciptakan adalah gong, yang ketika itu digunakan untuk memanggil para dewa.

Kemudian alat-alat musik pengiring ikut diciptakan juga, untuk menyampaikan pesan yang sifatnya khusus. Hingga kemudian terbentuklah gamelan dalam wujud seperangkat komplit.

Gamelan Jawa berkembang pesat pada jaman Majapahit. Bahkan menyebar ke berbagai daerah seperti Bali dan Sunda.

Namun gamelan Jawa Tengah berbeda dengan gamelan Bali, berbeda juga dengan gamelan Sunda. Gamelan Jawa terbilang memiliki nada yang lebih lembut. Gamelan Bali cenderung rancak dan gamelan Sunda terdengar mendayu dengan dominasi seruling.

Perkembangan Gamelan Jawa

Gamelan Jawa umumnya dipakai untuk mengiringi pagelaran wayang dan pertunjukan tari. Sampai kemudian berkembang sedemikian rupa, hingga mampu berdiri sebagai pertunjukan musik tersendiri. Lengkap dengan iringan suara para sinden.

Manakala berlangsung acara resmi di keraton, misalnya, gamelan diperdengarkan sebagai alunan musik pengiring. Utamanya bila salah satu anggota keraton melangsungkan upacara perkawinan khas Jawa. Sampai hari ini pun masyarakat Jawa masih menggunakan gamelan sebagai pengiring acara resepsi pernikahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline