Lihat ke Halaman Asli

Dewi Sri Agustina

من جد وجد

Dampak Peningkatan Penggunaan Gadget di Masa Pandemi Terhadap Perkembangan Psikologi Anak Sesuai dengan Teori Erik Erikson

Diperbarui: 20 April 2021   18:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dewi Sri Agustina

1903016093 

PAI-4C

FITK

UIN WALISONGO SEMARANG

*Dampak Peningkatan Penggunaan Gadget di Masa Pandemi Terhadap Perkembangan Psikologi Pada Anak Sesuai Dengan Teori Erik Erikson*
 A. Pendahuluan
Diera modern sekarang ini tentunya kita sudah tidak asing lagi mendengar istilah gadget, sebuah benda yang sangat familiar di masyarakat mulai dari kalangan orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak sudah mengenalinya. Terlebih pada era pandemi seperti saat ini, penggunaan gadget semakin meningkat baik itu untuk keperluan yang penting atau hanya untuk kesenangan mencari hiburan semata. Sebenarnya apakah penggunaan gadget itu memberikan dampak positif atau bahkan malah menjadi boomerang bagi diri sendiri dan berdampak negatif, dalam Esai kali ini akan membahas lebih lanjut dampak peningkatan Penggunaan Gadget di Masa Pandemi Terhadap Perkembangan Psikologi Pada Anak yang berhubungan dengan Teori Erik Erikson dan juga cara mengatasi permasalahan tersebut.
B. Pembahasan Dan Solusi
Berbicara mengenai Perkembangan Psikologi Pada anak sesuai dengan Teori Erik Erikson hal ini bisa kita lihat melalui fase-fase yang sudah dikelompokkan menjadi 8 fase, dan Masa anak-anak ini masuk kedalam fase industry versus inferiority ( prakarsa versus rendah diri ) yang berlangsung pada usia 6-12 tahun . Pada fase ini merupakan tahap keempat dari perkembangan Erik Erikson, Dimana fase ini berlangsung pada masa sekolah dasar. Prakarsa  anak-anak membawa mereka terlibat dalam kontak dengan pengalaman-pengalaman baru yang kaya. Ketika mereka beralih ke masa kanak-kanak pertengahan dan akhir, mereka menguasai energinya untuk menguasai pengetahuan dan intelektualnya. Tidak ada saat lain yang lebih antusiasisme untuk belajar dibandingkan pada akhir periode pengembangan imajinasi pada masa kanak-kanak awal. Bahaya yang dihadapi dimasa sekolah dasar adalah anak dapat mengembangkan rasa rendah diri merasa tidak kompeten dan tidak produktif. Pada masa ini pula kemampuan pengetahuan anak dan keterampilannya berkembang sangat pesat. Untuk itu maka harus diimbangi dengan pengarahan daro prang tua agar dapat membimbing dan juga mengarahkan kemampuan tersebut agar dapat berkembang dan tumbuh dengan maksimal kedalam hal-hal yang positif.
Pengaruh penggunaan gadget terhadap perkembangan anak memiliki dampak positif dan dampak negatif. Adapun dampak positifnya antara lain menambah pengetahuan anak, membangun dan melatih kreativitas anak, mempermudah berkomunikasi, maupun memperluas jaringan persahabatan. Penggunaan gadget sewajarnya telah membantu anak-anak dalam kesehariannya terutama dalam mencari data maupun informasi untuk mengerjakan tugas sekolah maupun sebagai sarana hiburan dari fitur-fitur yang disediakan dalam gadget. Sedangkan dampak negatifnya antara lain, anak menjadi ketergantungan terhadap gadget, sehingga dalam menjalankan segala aktivitas hidupnya anak menjadi sulit berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Penggunaan gadget secara berlebihan dapat mengganggu kesehatan mata, anak menjadi malas bergerak dan beraktivitas serta lebih suka bermain dengan gadgetnya daripada bermain dengan temannya.
 Iswanto dan Onibala (dalam Yusmi Warisyah 2015:131) mendefenisikan, "Anak-anak yang sering menggunakan gadget, sering kali lupa dengan lingkungan sekitarnya, mereka lebih memilih bermain menggunakan gadget dari pada bermain bersama teman-teman dilingkungan sekitar tempat tinggal". Dampak lainnya adalah semakin meluas dan terbukanya akses internet dalam gadget yang menampilkan segala hal beberapa diantaranya merupakan suatu hal yang semestinya belum waktunya dilihat oleh anak-anak. Pada usia anak sekolah dasar tentu akan menganggu proses kegiatan belajar mereka di sekolah, dimana anak membutuhkan hubungan sosial yang baik seperti interaksi pada teman dan gurunya. Penggunaan gadget yang berlebihan pada anak akan menimbulkan sifat egois dan indivudualisme. Menurut Adek Diah Saputri (2018:277) mengatakan bahwa "Dampak negatif dari penggunaan gadget adalah anak cenderung untuk individualis, susah bergaul dan apabila sudah kecanduan akan sangat sulit untuk dikontrol dari pemakaian gadget yang pada akhirnya otak anak-anak sulit berkembang karena terlalu sering bermain game".Penggunaan gadget secara terus-menerus akan menimbulkan kecanduan pada penggunanya. Hal ini tentu perlu menjadi perhatian karena dampak negatif yang begitu mengkhawatirkan terlebih bagi anak-anak yang menggunakan gadget. Maka dari itu peran orang tua sangat penting dalam memberikan dan melakukan pengawasan dan pengontrolan penggunaan gadget pada anak. "Keluarga disarankan untuk lebih memperhatikan penggunaan gadget pada anak saat dirumah dengan cara memberikan batasan waktu untuk bermain gadget pada anak saat dirumah dengan melakukan hal yang menarik seperti mengajak bermain diluar rumah, ajak anak untuk lebih banyak beraktivitas (olahraga, bermain musik, dll), dan bersosialisasi dengan teman sebayanya" (Setianingsih, dkk 2018:201).
Dimasa pandemi seperti sekarang ini tingkat penggunaan gadget semakin tinggi, terlebih untuk aktifitas pendidikan yang biasanya dilakukan disekolah secara tatap muka kini beralih secara virtual dalam jaringan dan menggunakan gadget sebagai media perantaranya maka hal ini memberikan kesempatan lebih besar bagi anak untuk lebih banyak menghabiskan waktu bersama gadget, terkadang justru hal ini bisa menjadi sebuah kebiasaan baru yang apabila tidak dikontrol dan diawasi akan menjadi sebuah boomerang bagi anak karena anak bisa saja membuka berbagai situs web yang seharusnya belum waktunya untuk dilihat oleh anak-anak dan juga fitur-fitur yang ada didalamnya tanpa adanya batasan.
Untuk mengatasi Permasalahan tersebut maka ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar Perkembangan Psikologi anak dalam fase industry vs inferiority ini dapat berjalan dengan baik. Tentunya hal ini membutuhkan kerjasama dari orang tua dan orang-orang disekitarnya diantaranya yaitu yang pertama dengan memberikan Pemahaman ke anak bahwa dia boleh bermain gadget tetapi anak harus diingatkan untuk mengerjakan tanggung jawabnya hal ini mengajarkan kepada anak untuk mengenalkan apa itu arti nilai konsekuensi sebagai seorang siswa karena biasanya ketika anak sudah asyik dengan gadgetnya anak tersebut akan lupa waktu untuk belajar dan enggan mengerjakan tugas yang seharusnya dia kerjakan, kemudian cara yang kedua memberikan batasan waktu yang tegas sebagaimana dengan membatasi durasi penggunaan gadget tersebut semisal sehari 30-60 menit anak tersebut boleh bermain gadget apabila waktu yang diberikan telah habis maka orang tua harus bertindak tegas mengambil gadget tersebut dari anak hal ini harus ada kerjasama antara kedua orang tua jangan hanya satu pihak saja yang bersifat tegas karena hal itu akan menyebabkan anak cenderung berperilaku melanggar peraturan tersebut, yang ketiga yaitu melakukan pengawasan terhadap anak ketika bermain gadget agar anak tersebut tidak membuka situs yang seharusnya tidak mereka buka, yang keempat orang tua harus bersikap sekreatif mungkin agar anak tidak kecanduan bermain gadget terlebih di masa pandemi ini yang akan membuat mereka merasa jenuh dengan hal-hal yang sangat membosankan karena tidak bisa bermain dengan teman-temannya diluar rumah sebagaimana sebelum masa pandemi ini datang, maka orang tua harus bisa memberikan alternatif kegiatan lain untuk mengisi waktu bermain anak tersebut mungkin bisa dengan saling bercerita, kemudian bermain puzzle, atau hal-hal yang lainnya yang bisa membuat orang tua dan anak saling berinteraksi, kemudian untuk yang terakhir dengan memberikan contoh melakukan aktifitas yang bermanfaat karena dengan memberikan contoh maka anak-anak akan lebih mudah untuk melakukannya daripada hanya menyuruhnya karena dengan begitu terdapat aspek psikomotorik yang membuat anak lebih mudah menirukannya, adapula dengan meningkatkan aspek spiritual pada anak semisal dengan memberikan cerita-cerita yang bisa membawa anak ke arah yang religius atau dengan mengenalkan nilai-nilai keagamaan terhadap anak karena pada fase ini merupakan fase keemasan dalam hal pengetahuan dan juga keterampilan. Langkah berikutnya yaitu dengan cara berkomunikasi antara orang tua dan anak walaupun hal ini terdengar cukup sederhana dan mudah tetapi terkadang banyak orang tua yang juga lupa akan hal tersebut mereka lebih suka dan sering menuntut si anak untuk menjadi apa yang mereka inginkan dan orang tua tidak menyadari bahwa anak juga memiliki keinginan sendiri untuk menjadi apa yang dipikirkan maka dari itu komunikasi terhadap anak merupakan aspek yang sangat penting agar orang tua bisa membantu mengembangkan potensi anak yang dimiliki tanpa harus melakukan suatu hal yang dituntut kepada anak, karena biasanya ketika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan pasion dan juga keinginannya hasilnya akan tidak maksimal dan anak melakukan hal tersebut atas rasa takut dan terpaksa. Selain cara-cara tersebut ada aspek yang harus diperhatikan oleh orang tua yaitu aspek emosional karena biasanya ketika orang tua sedang memiliki banyak sekali beban pikiran baik itu berurusan dengan dunia pekerjaan maupun hal-hal lainnya orang tua seringkali meluapkan emosinya dan amarahnya di rumah nah secara tidak sadar hal itu terkadang membuat anak merasa ikut tertekan dan takut menceritakan apa yang anak rasakan dan inginkan, Sehingga dia tidak bisa berbicara apa yang mereka inginkan maka alangkah lebih baiknya sebagai orang tua harus pandai-pandai mengontrol emosinya agar sang anak tidak merasakan hal tersebut, terlebih di masa pandemi seperti sekarang ini dimana peran orang tualah yang paling penting dalam mendukung perkembangan psikologi anak. Mungkin cara dan langkah-langkah tersebut dapat menjadi jawaban untuk mencari solusi di masa pandemi saat ini terkait dengan peningkatan penggunaan gadget pada anak-anak usia 6-12 tahun dan dampak dalam Psikologi Perkembangannya.
C. Penutup
Dalam permasalahan tersebut dapat disimpulkan bahwa gadget tidak selamanya dan sepenuhnya memberikan pengaruh yang negatif terhadap anak, tetapi juga bisa memberikan pengaruh yang positif karena dengan adanya gadget maka hal ini bisa menambah informasi pengetahuan anak melalui dunia digital dan teknologi, karena pada fase Industry vs Inferiority inilah tingkat pengetahuan dan keterampilan anak berada pada masa keemasan untuk itu perlu adanya memperkenalkan pengetahuan dan keterampilan baru yang belum pernah diberikan sebelumnya. Dampak negatif dari gadget ini adalah dalam segi sosial anak biasanya kurang peka dan  lupa akan lingkungan sekitarnya. Peran orang tualah yang sangat berpengaruh terhadap Psikologi Perkembangan anak untuk itu perlu adanya bimbingan, arahan, pengawasan dan juga dukungan penuh agar anak merasa percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

DAFTAR PUSTAKA

Ariston, Yummi dan Frahasini. 2018. " Dampak Penggunaan Gadget Bagi Perkembangan Sosial Anak Sekolah Dasar". Journal Of Educational Review And Research. Volume 1. No. 2
Santrock, John W. 2012. " Life-Span Development Perkembangan Masa-Hidup ". Jakarta: Erlangga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline