Lihat ke Halaman Asli

Dewi Sekarsari

Universitas Singaperbangsa Karawang

Mengapa Kesenjangan Sosial Masih Menjadi Hambatan Utama bagi Pembangunan Berkelanjutan di Era Modern?

Diperbarui: 11 Desember 2024   12:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Kesenjangan sosial merupakan salah satu isu utama yang masih menghantui masyarakat di berbagai negara, termasuk di era modern yang diwarnai dengan kemajuan teknologi dan globalisasi. Perbedaan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan, pekerjaan yang layak, dan fasilitas dasar menjadi faktor signifikan yang memperburuk ketimpangan ini. Meskipun banyak pemerintah dan organisasi internasional telah menggalakkan program pengentasan kemiskinan dan pembangunan inklusif, kenyataannya, jurang antara kelompok masyarakat kaya dan miskin justru semakin melebar. Fenomena ini berdampak pada kualitas hidup individu dan menghambat tercapainya pembangunan berkelanjutan, karena masyarakat yang tertinggal sulit berpartisipasi aktif dalam upaya kolektif untuk mewujudkan kesejahteraan bersama. Ketimpangan sosial yang tidak teratasi akan terus menjadi ancaman besar bagi stabilitas sosial, ekonomi, dan lingkungan di masa depan.

Ketimpangan Akses terhadap Pendidikan dan Keterampilan

Dalam lima tahun terakhir, ketimpangan akses terhadap pendidikan di Indonesia tetap menjadi masalah signifikan, terutama antara wilayah perkotaan dan perdesaan. Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023 menunjukkan bahwa di perkotaan, 49,16% penduduk usia 15 tahun ke atas telah menamatkan pendidikan SMA atau sederajat, sedangkan di perdesaan hanya 27,98%. Sebagian besar penduduk pedesaan hanya menyelesaikan pendidikan dasar, yaitu 31,13%, dibandingkan dengan 15,73% di perkotaan. 

Infrastruktur pendidikan seperti laboratorium, perpustakaan, dan akses internet yang sangat terbatas di desa semakin memperburuk situasi, terlebih saat pandemi COVID-19 ketika pembelajaran daring tidak dapat dilaksanakan secara efektif di wilayah terpencil. Program-program seperti zonasi sekolah bertujuan untuk mengurangi ketimpangan ini, tetapi tantangan dalam implementasi, seperti kurangnya fasilitas dan kualitas pengajar di daerah terpencil, masih menjadi hambatan besar. Kondisi ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pendidikan tetap menjadi hambatan signifikan bagi pembangunan berkelanjutan, menghalangi generasi muda di perdesaan untuk berpartisipasi penuh dalam perekonomian modern.

Kesenjangan dalam Akses terhadap Layanan Kesehatan

Dalam beberapa tahun terakhir, kesenjangan dalam akses layanan kesehatan di Indonesia masih menjadi tantangan signifikan, terutama di wilayah pedesaan. Data menunjukkan bahwa 65,7% penduduk lansia di Indonesia tinggal di pedesaan, tetapi akses mereka ke fasilitas kesehatan yang memadai, seperti layanan geriatri, sangat terbatas. Sebagian besar rumah sakit dengan layanan geriatri berlokasi di perkotaan, sehingga banyak lansia di pedesaan tidak mendapatkan perawatan yang sesuai. Keterbatasan jumlah puskesmas dan rumah sakit membuat layanan kesehatan tidak merata, meskipun pemerintah telah berupaya meningkatkan transformasi layanan kesehatan.

Hal ini diperparah dengan ketimpangan alokasi sumber daya medis, seperti dokter dan alat kesehatan, yang lebih terpusat di kota besar dibandingkan daerah terpencil. Meski ada program seperti Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), akses terhadap layanan berkualitas tetap sulit dicapai oleh masyarakat di wilayah tertinggal akibat keterbatasan fasilitas dan infrastruktur.

Peningkatan Ketegangan Sosial dan Konflik

Peningkatan ketegangan sosial dan konflik akibat kesenjangan sosial telah menjadi isu yang nyata di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu contohnya adalah konflik sosial yang terkait dengan akses lahan dan sumber daya, yang kerap terjadi di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Ketimpangan ekonomi yang tinggi, di mana 1% penduduk menguasai sekitar 50% aset nasional, telah menciptakan kesenjangan yang memicu rasa tidak adil di masyarakat. Ketidaksetaraan ini seringkali menjadi penyebab konflik horizontal, seperti yang terlihat dalam berbagai kasus perselisihan agraria di wilayah-wilayah dengan pertumbuhan pembangunan pesat, seperti konflik penggusuran di Jakarta dan sekitarnya.

Survei menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia menyadari tingginya tingkat ketimpangan dan mendukung langkah-langkah yang lebih kuat untuk mengatasinya. Namun, dampak langsung dari ketimpangan ini sering kali berupa peningkatan ketegangan antar kelompok sosial, terutama di wilayah dengan perbedaan akses layanan yang mencolok, seperti pendidikan dan kesehatan. 

Hambatan terhadap Inovasi dan Produktivitas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline