Lihat ke Halaman Asli

Ketika Berlari Masih Menjadi Pilihan

Diperbarui: 26 Juni 2023   23:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Tahukah kamu apa yang begitu menarik? Ketidakmungkinan yang menjadi mungkin. Kegagalan yang ternyata jembatan untuk menjadi pemenang.

Belakangan kepalaku memikirkan banyak hal. Termasuk mengenai hal-hal yang ternyata aku bisa sampai di titik ini. Di titik kestabilan dan proses yang selalu berhasil membuatku tenang. Melewati alur hidup yang tidak pernah aku rencanakan sebelumnya---Kalau berandai-andai, mungkin pernah---.

Cara Tuhan memberiku jalan. Menempatkan diri ini untuk selalu dekat dengan tantangan di luar ekspektasi. Aku harus bagaimana?

Bersyukur dan mengaduh adalah dua hal yang selalu bersinggungan. Sampai ketika sudah di titik lelah, aku memilih untuk melupakan semuanya. Biar semuanya tenang, lalu kuselesaikan satu persatu. Beratnya beban pundak, rasanya sudah bagaikan makanan sehari-hari. Ya walau rasanya begitu pahit.

Seringkali, di kala jenuh dan kalut. Diri ini kubawa bawa lari sekencang dan sejauh yang kubisa. Kemanapun itu. Membelah keheningan dan menantang dinginnya malam tanpa kusiapkan mental akan skenario terburuknya.

Ah, baiklah. Selalu kata menyerah yang kuucap, tapi tidur adalah akhir yang kulakukan. Selamat malam! Semoga hari esok kau bertemu dengan hari yang menyenangkan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline