Lihat ke Halaman Asli

Dew

Orang biasa.

Perjalanan Hadits Itu Romantis

Diperbarui: 31 Mei 2022   11:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Perjalanan Hadits Itu Romantis (sumber: Freepik.com)

Hadits itu terasa begitu ajaib. Bagaimana bisa ia diucapkan berabad-abad lalu, tapi bisa sampai ke telinga kita pada zaman ini?

Setidaknya begitu pemikiran awam saya.

Jawaban dari keajaiban itu sekilas terdengar sederhana, karena ada yang mengingat dan menyampaikan kembali, serta ada yang mencatat dan mengumpulkan.

Salah satu yang populer dari catatan tersebut adalah Kitab Shahih Al-Bukhari, yang memuat 6.397 hadits. Dipersiapkan selama 16 tahun, dan ditulis dengan sangat hati-hati. Ada juga Imam Muslim yang gemar berburu hadits ke berbagai negeri, berguru pada berbagai ulama hadits, kemudian lahirlah karya berupa Kitab Shahih Muslim yang sistematik dan penuh ketelitian dalam penulisannya, serta yang lainnya.

Pernah membayangkan bagaimana hadits itu dijaga sebelum akhirnya menjadi cacatan yang komplit dalam kitab-kitab hadits?

Bagaimana para perawi dari tahun ke tahun mengestafetkan setiap kalimat yang diucapkan Rasulullah Saw. dari satu orang ke orang yang lain, lalu ke orang yang lainnya lagi hingga menjadi hadits yang kita ketahui sekarang, dengan nama-nama mereka tercantum di dalamnya.

Bahkan setiap kali diestafetkan, hafalannya bertambah satu nama. Bukankah ini mengagumkan?

Sementara setiap perawi tidak hanya meriwayatkan satu atau dua hadits saja, melainkan hingga ribuan. Semisal Abu Hurairah yang meriwayatkan lebih dari 5.000 hadits, atau Sayyidah Aisyah yang meriwayatkan lebih dari 2.000 hadits, serta lima muktsirun lainnya yang juga meriwayatkan lebih dari 1.000 hadits.

Di samping itu, ucapan atau isi hadits yang disampaikan harus sama dengan ucapan Rasulullah saw., tidak boleh dikurang atau dilebihkan. Sebab, perubahan sedikit saja bisa menyebabkan hukum haditsnya ikut berubah. Sehingga antara perawi terdahulu dan perawi selanjutnya harus se-ia sekata tidak boleh ada kekeliruan antara perawi.

Sudah menghafal ribuan hadits, kalimatnya harus sama persis pula.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline