Ada sebuah cerita mengejutkan yang saya dengar kemarin, sebab kejadiannya terjadi di lingkungan sekitar.
Katanya, seorang perempuan berusia 22 tahun yang merupakan penyandang disabilitas mental/psikososial mengalami pelecehan seksual oleh tetangganya ketika sedang ditinggal orangtuanya sendiri di rumah.
Berdasarkan cerita, anak tersebut memang biasa ditinggal orangtuanya untuk pergi bekerja. Sebelum pergi bekerja biasanya si anak ditinggal dalam kondisi sudah tertidur setelah meminum obat yang diresepkan dokter, kemudian biasanya bangun ketika orangtuanya sudah kembali. Meski keluarganya tak bisa dibilang berkecukupan, namun menebus obat anaknya setiap bulan selalu menjadi prioritas.
Ketika itu, kebetulan ibunya tak kemana-mana. Hanya tidur siang di dalam kamar dan si anak tidur di ruang tengah, di depan TV yang menyala.
Kebetulan ruangan tersebut merupakan ruangan pertama yang bisa ditemukan ketika membuka pintu depan yang langsung menghadap jalan tanpa pagar.
Pintu rumahnya tak pernah dikunci, sebab takut terjadi apa-apa ketika si anak ditinggal. Kalau hal yang tidak diinginkan terjadi, setidaknya ada tetangga yang bisa membantu.
Tetapi siang itu, tak disangka ketika si ibu terbangun, ia memergoki tetangganya yang berusia 40-an akhir sedang meraba-raba tubuh anaknya, sontak si ibu membentak dan mengusirnya.
Prasangkapun muncul setelah itu, jangan-jangan hal tersebut terjadi setiap anaknya ditinggal pergi bekerja. Namun hanya sekedar itu, tak ada tindak lanjut setelahnya.
Esoknya hanya menjadi hari yang biasa, seperti tak pernah terjadi apa-apa. Bahkan di hari kejadian pun tak ada keributan sama sekali.
Kejadiannya sekilas, seperti memergoki kucing yang mencuri ikan yang baru digoreng di dapur, sekedar dibentak lalu si kucing melarikan diri.