Lihat ke Halaman Asli

Dew

Orang biasa.

Dilema Si Perempuan Sulung

Diperbarui: 8 Januari 2022   03:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi dilema perempuan sulung | Sumber:  freepik.com

Siapa pun, sebagai anak punya tanggung jawab yang melekat kepada diri mereka masing-masing. 

Tanggung jawab tersebut kebanyakan bersumber dari ajaran orangtua di dalam rumah yang bertumpu pada agama dan lingkungan sosialnya.

Bagi saya ada 2 pandangan yang melekat kepada anak yang dampaknya tidak menyenangkan bagi saya secara pribadi. 

Dua hal tersebut adalah pembedaan antara peran perempuan dan laki-laki, dan beban mengambil alih peran orangtua.

Bukan soal kuno atau modern, karena pemikiran yang baik seharusnya tak ada sangkut pautnya dengan dimensi waktu.

Kami 3 bersaudara mengerjakan kebutuhan kami masing-masing, segala sesuatu yang menyangkut urusan kamar adalah urusan pribadi, dan yang kami kerjakan di luar rumah adalah tanggung jawab kami masing-masing. Begitu prinsip yang kami terapkan.

Setidaknya itu yang bisa kami lakukan untuk menjaga diri kami masing-masing dan tidak membuat yang lain terbebani. Karena kami punya tujuan masing-masing. Menjaga dan mengurus diri sendiri adalah cara kami mendukung apa yang dikerjakan yang lainnya.

Lain hal dengan urusan dapur, kami biasa membagi tugas menyangkut hal tersebut.

Dalam konsep berpikir kebanyakan orang di sekeliling, menjadi laki-laki itu cukup giat belajar dan bekerja maka sudah dapat predikat laki-laki baik, nilai plus bagi laki-laki yang bersedia mencuci pakaiannya sendiri atau mencuci piring, mungkin sebutannya bukan lagi laki-laki baik, melainkan malaikat.

Kalau dibilang iri, ya iri sekali.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline