Sebelum adanya konvensi Capres Partai Demokrat nama Dino Patti Djalal lebih dikenal publik sebagai juru bicara presiden SBY dan Duta Besar RI unruk Amerika Serikat. Ia dipandang sebelah mata atau bahkan tidak diperhitungkan sama sekali untuk menjadi seorang presiden.
Nama Dino tidak pernah muncul dalam berbagai survei calon presiden oleh lembaga survei.
Namun belakangan namanya mulai diperhitungkan dengan etika politik yang ia kedepankan dalam langkah langkah pencapresannya. Publik memberi apresiasi atas langkah mundurnya sebagai Duta Besar RI untuk USA dan melaporkan rekening kampanyenya ke KPK.
Langkah Dino itu dinilai positif untuk pematangan demokrasi Indonesia ke depan.
Berbeda dengan Gita Wirjawan dan Dahlan Iskan yang tidak mau mundur sebagai menteri perdagangan dan menteri BUMN. Keduanya seringkali dituduh memanfaatkan posisinya sebagai pejabat publik untuk kepentingan pencapresannya yang notabene merupakan kepentingan pribadi.
Selain mengedepankan etika dalan berpolitik, Dino dinilai sebagai tokoh muda yang berintegritas dan cerdas. Dino masuk sebagai 500 tokoh muslim yang paling berpengaruh di dunia versi Royal Islamic Strategic Studies Centre di Jordania. Dino juga penggagas modernisator yang ingin bangsa ini baik level ke bangsa yang maju dan disegani di Asia.
Di tengah minimnya tokoh muda dan berintegritas, kehadiran Dino bak oase ditengah padang gurun yang tandus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H