Lihat ke Halaman Asli

Dewi Rahmah Maulani

Mahasiswa Pendidkan Geografi Universitas Negeri Jakarta

Menyikapi Tuntutan Kurikulum Geografi di Abad 21 Melalui Sistem Outcome Based Education (OBE)

Diperbarui: 18 Juli 2021   12:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Seiring berjalannya waktu kurikulum di Indonesia terus mengalami perubahan, berubahanya kurikulum mengikuti perkembangan zaman dan kebutuhan pendidikan di Indonesia. 

Kurikulum  di  Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan diantaranya adalah  pertama   kurikulum   1947,   kedua   kurikulum 1954, ketiga kurikulum kurikulum 1968, keempat kurikulum 1973 (Proyek  Perintis  Sekolah  Pembangunan),  kelima  kurikulum  1975,  keenam kurikulum  1984,  ketujuh  kurikulum  1994,  kedelapan  kurikulum  1997  (revisikurikulum    1994),    sembilan    kurikulum    2004    (Kurikulum   Berbasis    Kompetensi),   kesepuluh   kurikulum   2006   (Kurikulum   Tingkat   Satuan   Pendidikan), kesebelas kurikulum 2013, dan saat ini sudah banyak digunakan oleh beberapa perguruan tinggi kurikulum Merdeka Belajar-Kampus Merdeka.

Adanya perubahan orientasi, desain, model dan lain sebagainya pada kurikulum ini adalah dengan tujuan utama untuk meningkatkan mutu dan kualitas Pendidikan nasional serta mensejajarkan dengan Pendidikan-pendidikan internasional. 

Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran keterampilan abad 21 ini juga di perlukan, namun hal ini dapat menimbulkan kesenjangan dalam dunia Pendidikan. 

Oleh karna itu salah satu tantangan Pendidikan abad 21 ini adalah starategi dan peran untuk meminimalisir terjadinya kesenjang dalam dunia Pendidikan. Pendekatan yang dapat dilakukan dalam mewujudkan tantangan abad 21 ini adalah dengan metode Outcome Based Education (OBE).

Sistem pembelajaran berorientasi luaran atau Outcome Based Education (OBE) adalah metode pembelajaran yang memberi tumpuan kepada apa yang mahasiswa seharusnya lakukan. 

Pada OBE, luaran atau Capaian Pembelajaran diidentifikasi terlebih dahulu kemudian perencanaan metode pembelajaran dan asesmen disesuaikan dengan luaran. Hal ini berbeda dengan metode pembelajaran tradisional dimana topik yang diajarkan ditentukan dosen pengampu kemudian dari topik ini luaran akan diidentifikasi.

OBE mengintegrasikan sejumlah proses antara lain desain kurikulum, asesmen dan metode belajar mengajar yang memberi tumpuan kepada apa yang mahasiswa bisa lakukan. 

Bukan lagi mengukur prestasi mahasiswa setelah proses belajar mengajar selesai, namun OBE lebih menekankan agar Capaian Pembelajaran (CP) dapat dipenuhi dari aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai keadaan sosial, ekonomi dan budaya akademik. 

Artinya bahwa bagus tidak hasil yang dicapai mahasiswa bukan lagi  bergantung dari proses belajar mengajar yang dilakukan oleh tenaga pengajar atau pendidik. Tapi kembali pada kemampuan mahasiswa dan CP diakomodasi OBE melalui beberapa langkah strategis dan kelengkapan akademik antara lain: tugas kuliah, tugas akhir, presentasi, tes dan portfolio mahasiswa.

Sekarang ini metode pembelajaran yang umum diterapkan adalah metode Teacher-centered (berorientasi input). Dimana memberi tekanan terhadap proses belajar mengajar yang diangkap sudah cukup saat materi tersampaikan. Sehingga bagus tidaknya hasil luaran tergantung dari proses belajar mengajar tersebut. Model pembelajaran seperti ini relatif bergantung kepada tenaga pengajar sehingga menyebabkan capaian pembelajaran yang telah ditentukan tidak sepenuhnya tercapai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline