Lihat ke Halaman Asli

Tentang Rindu

Diperbarui: 11 Maret 2023   13:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


Di ufuk langit jingga kemarin, aku melihat kepingan hati tercecer. Terbawa angin yang kian lari tergesa-gesa. 

Tak ada yang tahu, bahkan anyelir hanya tersipu malu. Tersentuh lembut hawa nafasmu.

Rindu datang. Melalui bayangan, berupa senyum dan tatapan mata. Bersemayam di nebula dan menjajah setiap jengkal hati.

Aku tak menyimpan rahasia, sebab puisiku lepas menggelinding. Memerdekakan misteri dalam pikiranku. Karena rindu adalah hak, tanpa tuan atau pun budak. Dan tiada keterkhususan.

Rindu hadir bagai secawan candu yang berisi penuh cinta. Rindu memelukku, melalui bias cinta dari hati yang tiada ingin menipu.

Lalu lihatlah wajah bulan. Mengintip dari balik awan, seakan ingin ikut bicara. Mengabarkan pada semesta, tentang sudut hati yang merindu.

Sinarnya menyisir rambut perempuan, yang sedang menyulam keseimbangan. Tentang mimpi dan kenyataan.

Buliran rindu tak akan menguap lepas. Bisakah kau hidup tanpaku? Bila jantungmu dalam genggaman. Dan tak akan pernah kukembalikan.

____

Writen by CoretanEmbun

sekali-sekali nulis puisi ygy, saya mah random orangnya heuheu :)))

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline