Sebelumnya saya menulis artikel ini tidak bertujuan untuk membandingkan cara tiap-tiap negara dalam menangani krisis Corona yang sudah menyebar ke seluruh dunia melainkan hanya sebagai tolak ukur atau pembelajaran kita bersama bahwa tiap negara punya caranya masing-masing dalam melindungi warga negaranya dari penyebaran virus tersebut.
Khususnya untuk fasilitas umum yang digunakan secara bersama-sama seperti transportasi darat layaknya Bis Kota atau MRT yang ada di kota Jakarta.
Beberapa dari fasilitas umum di Eropa contohnya mengutamakan worker safety dengan alasan keterbatasan tenaga kerja terlatih seperti supir bis atau masinis kereta api dan staf pengecekan tiket di lapangan.
Dengan alasan itulah mereka membatasi ruang pekerja agar terdapat jarak antara supir dan staff dengan para penumpang. Begitu juga pintu masuk bis yang awalnya ada dibagian depan namun sejak tanggal 11 Maret 2020 telah dipusatkan ke pintu tengah atau bagian belakang.
Hal ini mulai diikuti oleh beberapa negara di benua Eropa sejak ditetapkannya kondisi pandemic oleh WHO. Memang hasilnya tidak terlalu efektif jika dibandingkan dengan Negara di Benua Asia yang lebih memilih me-lockdown aktifitas warganya namun karena kebutuhan akan transportasi umum di Eropa sangatlah tinggi maka hanya itulah yang bisa dilakukan oleh pemerintah di beberapa negara di Eropa sejauh ini.
Mari kita lihat bagaimana cara negara-negara di benua Asia dalam membatasi jumlah penumpang di transportasi umum. Selain memberikan label tanda silang atau mewajibkan warganya bekerja dari rumah namun semua cara itu masih belum secara total diterapkan oleh pemerintah kita.
Seolah terlihat sekali kesenjangan antara public transportation kalangan menengah kebawah layaknya busway dan KRL dengan yang menengah keatas seperti MRT.
Sungguh sangat disayangkan apabila hal ini terus dibiarkan terjadi karena ketidaktahuan warga Indonesia tentang pentingnya aktivitas social distancing ini justru akan semakin meningkatkan jumlah korban Covid-19 di Indonesia yang mana mayoritas berasal dari warga negara menengah kebawah karena perlakuan pemerintah yang terlihat sekali perbedaannya .
Mungkin pemerintah kita hanya perlu menjadi over protected seperti negara di benua Eropa dalam membatasi kontak sosial antar manusia dan perlu diingat bahwa transportasi umum di kota besar seperti Jakarta sudah seharusnya menerapkan standar keamanan bagi para penggunanya dan sudah seharusnya semua jenis transportasi umum diperlakukan sama rata tanpa melihat status sosial penggunanya.