Lihat ke Halaman Asli

Harga Pribumi dan Non Pribumi

Diperbarui: 17 Oktober 2017   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak dilantiknya Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih DKI Jakarta kemarin,  dan setelah pidato perdana Gubernur terpilih Anies Baswedan, terdengar kasak kusuk suara soal pribumi dan non pribumi.

 Tapi bagi kami sepertinya tidak begitu perhatian dan mempermasalahkan,  karena rekan sejawat di Rumah Sakit tempat saya bekerja,  hampir setengahny adalah keturunan Thiongha,  dan kebanyakan dari rekan sejawat Dokter. Dan kami tidak pernah membahas hal tersebut. Kami bekerja sesuai bidang kami tanpa mempermasalahkan suku maupun etnis. 

Dan Siang tadi saat jam istirahat, saya dan beberapa teman,  ingin makan siang di warung Gado Gado dan Lotek depan  Rumah Sakit, kebetulan yang antri mau makan disitu lumayan banyak,  ada beberapa rekan Medical Representative,  ada rekan dari Intansi lain dan juga ada beberapa dokter kami juga ikut mengantri. 

Saat pesanan kami sudah selesai, dan sudah kami nikmati,  teman kami mau membayar makanan yang sudah kami pesan tersebut, tapi memang ibu penjual Gado Gado tersebut sedikit ceriwis,  kadang sambil mengulegLotek sambil ngomong ngedumelsendiri. 

Dan ketika teman kami mendekati ibu tersebut,  dia masih kelihatan sibuk menguleglotek pesanan teman lain yang belum terlayani. "Bu, dihitung berapa yang harus saya bayar, "kata teman kami tersebut. Gado - Gado nya dua,  Loteknya dua,  Es teh empat. "Seperti biasa to mbak," jawab ibu tersebut. "Iya, bu berapa,  maaf saya sudah lama tidak makan disini, "kata teman kami lagi. 

Tiba - tiba ibu tersebut menghentikan mengulegLoteknya,  dan dengan muka serius bertanya, " Mau harga Pribumi atau harga Non Pribumi? " Dan kami semua kaget mendengar perkataan ibu tersebut. Dijawab teman kami, " Memang kalau harga Pribumi berapa dan Non Pribuni berapa?" Kalau harga pribumi perporsi sepuluh ribu, dan yang Non Pribumi  "Cemban" jawab ibu itu kalem. Kalau mbak bayar sepuluh ribu saja tapi kalau pak Dokter yang diujung sana nanti "Cemban" ????? 

Dan akhirnya meledaklah tawa seluruh pengunjung warung yang mendengar jawaban ibu penjual Gado Gado dan Lotek tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline