[caption id="attachment_248241" align="aligncenter" width="300" caption="ludimaginariri.net"][/caption]
Aku menyibak misteri dari pejam mimpi
bayangmu masih saja mengusik hari
matamu terus menguras hati
*
Kamu diam
dalam lembut angan-angan
kamu tersenyum
saksikan risau hati yang mengalun
*
Berhenti!
inginku jangan dulu kamu beranjak pergi
mauku kamu tetap ada di sini
dan jangan hilang lagi
*
Mestikah aku melerai segala kenangan?
ataukah berkelahi dengan semu indah bayang masa depan?
perjuangkan hingga deru nafas tak bersisa
tetapi aku berkawan baik dengan jalan takdir
sangat baik
*
Oh pagi yang nestapa
aku patah arah gulana
hilangkan sengau yang menjegal jendela aksara
puaskan gundah yang merekah
lepaskan cinta bermuara pada tabir syair indah
*
Oh Senja yang menusuk dingin
aku lain pada ingin
bebaskan rasa bergurat angin
hempaskan kacau irama dan detak yang terjalin
*
Sepasang puisi kini bersemayam
pusara lantun aksara mengayam ruang
dengung santun dua elegi sayup menjauh
petikan nada pada kanvas senyap terurai
*
Kini kamu benar hilang tertiup api
pergi jauh bukan mati
hilang pandang tak lihat nanti
*
Mungkin kamu takkan pernah kembali
pergi tanpa membawa setitik pelangi
lari tanpa tinggalkan sebutir matahari
dengan kemungkinan yang tak terbawa di telapak janji
*
Dalam detak ilusi waktu
kunikmati sisa percikan raut teduh itu
irisan senyumpun tak terelakkan segenap belenggu
dalam buaian imajinasiku
*
Kudengar derit sepotong pintu menutup perlahan
bersama terbenamnya bayang-bayang
di ufuk senja yang beranjak melayang
lalu hilang semua sekarang
***
- Kampung Hujan, 2013
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H