Lihat ke Halaman Asli

Dewi Pagi

TERVERIFIKASI

Aku Camar

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku Camar. Duduk di atas telaga. Riuh kata bercermin pada keruh air. Sejoli sayap menari lagu luka. Kubiarkan terus menari, karena bila bicara tak akan terkendali. Air di mata mengiringi.
.
Aku Camar. Bermata basah. Berkaki bayangan. Telinga buta, mata bisu, mulut tuli. Rasa mati rasa. Seperti dongeng tapi bukan. Seperti mimpi tapi bukan.
.
Aku Camar. Pelukan rindu pada lepas samudera tak mau lepas. Telaga bukan rumahku. Lautan surgaku. Pesisir pantai taman bermainku. Percikan air lentera kehidupanku.
.
Aku Camar. Benih Camar. Sepertinya kelamin betina. Tapi jiwa serupa jantan. Putih terbelenggu abu-abu. Raga penjarakan jiwa pun kalbu. Aku tergugu.
.
Aku Camar. Dalam hujan samar-samar. Aku cantik. Harus cantik tanpa titik. Siluetnya mesti memukau. Catat! Hanya siluetnya! Indahnya seindah lukisan tanpa tawar.
.
Aku Camar. Dengan sedikit memar. Di atas pelipis dan rongga dada. Miris. Mengaduh tanpa tangis. Takut ada yang semakin bengis. Wajah ku buat sayu dan layu, semoga pergi jauh-jauh dia sang iblis.
.
Aku Camar. Lakon utama protagonis dalam panggung tanpa layar.
.
.
Kampung Hujan, 100514
.
.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline