Musim kemarau tahun ini lebih panjang dari tahun sebelumnya. Pohon meranggas, tanah mengering. Kondisi ini membawa dampak penurunan ekonomi yang signifikan bagi petani di Salaman, Magelang. Hampir sebagian besar, petani Salaman Magelang mengandalkan bibit tanaman sebagai penopang kehidupan. Namun apa daya, bibit tanaman ramai pembeli saat musim hujan saja. Alhasil, petani di Desa Sojomerto Kidul, Salaman, Magelang nyaris tidak memperoleh penghasilan di musim kemarau.
Kondisi ini menjadi alasan utama bagi Bapak Imam Sudrajad untuk mencari solusi dari permasalahan tersebut. Berkaca pada keberhasilan petani Desa Nglipar Gunung Kidul membudidayakan aloe vera atau lidah buaya, Pak Imam Sudrajad tertarik untuk mengikutinya. Petani lidah buaya di Desa Nglipar telah berhasil meningkatkan taraf kehidupannya berkat budidaya dan pengolahan lidah buaya. Keberhasilan tersebut mendorong Pak Drajad, panggilan dari Bapak Imam Sudrajad untuk mencoba menanam lidah buaya di lahan yang dikelolanya. Lidah buaya solusi petani Salaman tingkatkan taraf hidup.
Pak Drajat tidak memiliki pengalaman menanam lidah buaya sebelumnya. Tapi Pak Drajat tetap tertarik untuk melakukan budidaya lidah buaya karena tanaman ini mudah untuk dibudidayakan dan masa tanam hingga masa panennya pun tergolong singkat. Lidah buaya hanya membutuhkan waktu sekitar 7 bulan sampai bisa dipanen pelepahnya. Pak Drajat memperoleh dukungan sekaligus bimbingan dari Dompet Dhuafa. Melalui program wakaf produktif, Dompet Dhuafa membantu Pak Drajat dalam budidaya lidah buaya.
Berdasarkan pemaparan Imam Hidayat, SPV Ekonomi Dompet Dhuafa Yogyakarta, program wakaf produktif merupakan salah satu bentuk pemberdayaan ekonomi yang dilaksanakan oleh Dompet Dhuafa yang melibatkan seorang local hero atau masyarakat setempat sebagai penggerak pertama dalam sebuah program pemberdayaan. Dan Pak Drajat adalah local hero yang digandeng Dompet Dhuafa dalam upaya meningkatkan taraf hidup petani bibit di Desa Salaman melalui budidaya lidah buaya.
Budidaya lidah buaya di Desa Sojomerto Kidul, Salaman memanfaatkan lahan wakaf guna berukuran sekitar 600 meter yang dikelola Pak Drajad. Sekitar 700 bibit lidah buaya ditanam di lahan wakaf guna tersebut. Imam Hidayat menjelaskan alasan kenapa memilih lidah buaya sebagai tanaman yang dijadikan solusi dalam meningkatkan taraf hidup petani bibit di Salaman, Magelang. Lidah buaya merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan, memiliki nilai ekonomis tinggi dibandingkan dengan tanaman pepaya atau tanaman buah lainnya yang banyak ditanam warga Salaman.
Lidah buaya telah terbukti mampu memberikan keuntungan bagi masyarakat Nglipar Gunung Kidul yang bisa ditiru oleh masyarakat Salaman, Magelang. 700 bibit lidah buaya yang ditanam di Salaman merupakan bibit tanaman yang sengaja didatangkan oleh Dompet Dhuafa dari Nglipar Gunung Kidul. Jika budidaya lidah buaya yang baru saja dilakukan di Salaman berhasil, diprediksi bakal mendatangkan keuntungan sebesar 1,8 juta per 100 meter persegi tiap bulannya.
Sebuah keuntungan yang cukup besar dan diyakini dapat meningkatkan ekonomi dan taraf hidup petani Salaman Magelang. Lebih lanjut lagi, Imam menjelaskan, nantinya hasil panen akan dibagi 60 dan 40 persen. 60 persen keuntungan akan diberikan pada local hero yaitu Pak Drajad, 40 persennya lagi untuk biaya perawatan budidaya lidah buaya. Pak Drajat antusias sekali terlibat dalam program pemberdayaan Dompet Dhuafa melalui wakaf produktif dan berharap budidaya lidah buaya ini akan berhasil.
Pak Imam Sudrajat dan Mas Imam Hidayat sama-sama berharap bahwa petani bibit di Salaman ikut tertarik menanam lidah buaya sebagai upaya meningkatkan penghasilan dan sebagai jalan keluar atas mandeknya penjualan bibit tanaman di musim kemarau. Setiap petani Salaman yang tertarik ikut menanam budidaya lidah buaya akan memperoleh bantuan bibit, dibimbing dan diberikan arahan bagaimana cara budidaya lidah buaya dari awal tanam hingga panen. Termasuk cara pengolahan lidah buaya.