Budaya islam lokal merupakan gabungan atau akulturasi antara budaya masyarakat lokal dengan kebudayaan islam. Budaya lokal sendiri mengandung arti nilai-nilai lokal hasil budidaya masyarakat suatu daerah yang terbentuk secara alami dan turun-menurun melalui pembiasaan sehari-hari.
Sedangkan kebudayaan islam merupakan kebudayaan yang bersumber dari ajaran-ajaran islam atau kebudayaan yang bersifat Islami. Budaya lokal dapat berakulturasi dengan budaya lain sebab adanya pengaruh dari kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia.
Masyarakat Desa Bungah pun tak luput dari pengaruh budaya asing (kebudayaan agama islam) yang akhirnya menciptakan kebudayaan islam lokal. Salah satu kebudayaan islam lokal yang berkembang di Desa Bungah adalah kerajinan tangan rebana.
Kerajinan tangan rebana merupakan salah satu bentuk usaha kerajinan tangan yang masih tetap lestari hingga saat ini. Kerajinan rebana memanfaatkan kayu nangka dan kulit hewan seperti kambing dan kulit domba dalam proses produksinya. Hasil kerajinan rebana pun memiliki simbol keislaman yang diletakkan pada penamaan masing-masing jenisnya. Seperti jenis rebana hadrah yang biasa digunakan untuk arak-arakan perkawinan, peringatan hari besar islam, ataupun sekedar penampilan.
Usaha rebana di Desa Bungah tergolong cukup diminati oleh masyarakat sekitar. Banyak yang mulanya bekerja sebagai karyawan, lalu membuka usaha rebana sendiri dengan bekal warisan ilmu yang baik.
Hasil kerajinan ini dapat mendapatkan jumlah produksi yang cukup beragam tergantung kualitasnya. Untuk pemesanan khusus atau custom dengan kualitas tinggi akan dibanderol dengan harga yang lebih mahal dari harga rata-rata. Harga rata-rata rebana di kisaran Rp 150.000, sedangkan untuk pemesanan khusus atau custom dapat mencapai Rp 750.000. Kerajinan rebana Desa Bungah pun sudah tersebar hingga negeri tetangga seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
Budaya islam lokal yang tak lepas dari rebana yaitu shalawat dan seni hadrah. Masyarakat Desa Bungah kerap melakukan pertunjukan hadrah di pondok pesantren maupun pertujukan yang diadakan untuk memperingati hari besar islam. Para pengrajin pun memaknai dengan baik hal ini dan terus mengembangkan usaha terbaiknya dalam meningkatkan produksi dan kualitas rebana. Selain itu, kebudayaan islam lokal ini pun didukung oleh pihak pemerintah, dimana dalam setahun sekali diselenggarakan perlombaan shalawat dan hadrah guna memperkenalkan dan melestarikan kebudayaan lokal.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H