Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Tabloid Bola Pamit, Era Digital Semakin Menggigit

Diperbarui: 1 November 2018   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

Masih ingat betul bagaimana bertahun-tahun lalu seorang teman begitu semangat menenteng Tabloid Bola untuk mencari informasi kemenangan tim sepak bola atas pertandingan semalam yang tidak sempat ia saksikan di televise. 

Tabloid Bola memang menyajikan beragam informasi terkait olah raga ini secara lengkap dan akurat. Di agen-agen penjualan Koran dan majalan, tabloid ini pun menjadi primadona, selain banyak yang mencarinya, tata letak penempatannya pun berada di posisi terdepan. 

Bukan sebuah media massa yang dicetak tanpa alasan, Tabloid Bola hadir dengan spesialisasinya tersendiri untuk merangkul sekian banyak pecinta olah raga bola dari seluruh penjuru tanah air Indonesia.

Sebagai generasi yang tumbuh bersama masa kejayaannya Tabloid Bola, saya turut merasakan benar kesedihan atas terbitnya edisi pamit di akhir Oktober 2018 lalu. Meski sesungguhnya saya bukan pecinta sepak bola dan bukan penikmat Tabloid Bola, namun adanya kenyataan ini cukup membuat saya bersedih. 

Cepat atau lambat, adanya pergeseran budaya hidup masyarakat saat ini memang akan memberikan dampak yang signifikan bagi para pengusaha penerbitan buku fisik maupun media massa cetak. 

Tidak dapat dihindari, pola hidup yang serba digital kini menguasai setiap lini aktifitas sehari-hari. Bukan hanya Tabloid Bola yang sudah tutup buku untuk versi cetakannya, melainkan ada beberapa media cetak lainnya yang telah mendahului tutup buku dan menguatkan di sisi digitalnya.

Perkembangan Revolusi Industri yang kini memasuki era ke 4.0 tengah mengobrak abrik model bisnis perusahaan-perusahaan besar yang telah menggulirkan roda bisnisnya puluhan tahun lamanya, melalui tumbuhnya beragam perusahaan rintisan yang kehadirannya sungguh menjadi pesaing perusahaan besar. 

Seiring dengan hal tersebut budaya kehidupan sehari-hari masyarakat juga mulai berubah, serba ingin instan, serba ingin praktis, hingga serba ingin tidak dikekang alias bebas berkreasi. 

Saat ini seseorang sudah sampai pada tahap tidak ingin menggerakkan kaki untuk dapat menikmati makanan yang diinginkan. Tidak ingin menghabiskan banyak waktu di luar rumah hanya untuk menyelesaikan satu pekerjaan, dan juga sudah sampai pada tahap merasa tidak bisa hidup jika tidak ada paket data internet.

Semua sudah serba digital, termasuk juga dalam kegiatan memperkaya informasi melalui aktifitas membaca, yang tidak lagi dilakukan dengan menyentuh lembaran-lembaran kertas bersuara "kreseeekk" jika dibalik per halaman. 

Buku fisik kini sudah bertransformasi menjadi ebook, demikian pula media massa dalam bentuk cetak, kini sudah berganti dengan sajian apik di layar telepon pintar melalui aplikasi atau website yang menyenangkan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline