Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Lantas Kapan Indonesia Tak Lagi Terpecah Belah?

Diperbarui: 17 Agustus 2017   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini (17/8) seluruh bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan yang ke 72 tahun. Jika ditarik ke belakang sudah lebih dari 72 tahun yang lalu bangsa Indonesia yang berbeda suku, agama dan ras keturunan berjuang bersama melawan penjajah demi meraih kemerdekaan yang bukan untuk golongan tertentu saja tetapi untuk seluruh penghuni tanah air Indonesia. Para pejuang kemerdekaan, para pahlawan yang akhirnya mendapat gelar kehormatan sebagai pahlawan nasional dan siapa saja yang turut ambil bagian membawa senjata seadanya walau hanya bambu runcing saja, namun mereka semua memiliki satu tujuan yang sama yaitu kemerdekaan bangsa Indonesia.

Hari ini 72 tahun sudah Indonesia merdeka, berdiri di atas kekayaan alamnya yang melimpah ruah luar biasa. Tapi mengapa kita masih saja terpecah belah menjadi jutaan kepala yang tak lagi satu arah pandang mata. Perpecahan antara pemerintah dengan rakyatnya, karena dianggap beberapa kebijakannya tak se-iya sekata dengan jutaan rakyat Indonesia. Selain itu terjadi juga perpecahan di antara rakyatnya sendiri, karena memiliki banyak misi dari masing-masing golongan yang pada kenyataannya sulit untuk dijadikan satu visi. Semuanya terpecah, bahkan yang dalam satu keyakinan pun ada yang tak lagi seiring sejalan.

Hari ini 72 tahun yang lalu, seluruh lapisan masyarakat Indonesia sama-sama menjadi korban penjajahan, dan pada saat itu pula sama-sama menyatukan kekuatan untuk membela tanah air yang dicintainya. Bagaimana mereka berjuang, bagaimana hidup mereka terancam, dan bagaimana kenyamanan hari-hari mereka tak lagi ada, namun semua itu dilaluinya tanpa keluhan yang dibesar-besarkan.

Hari ini peringatan kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72, rakyat seluruh nusantara yang tidak satu asa karena memang terdiri dari berbagai warna sepertinya perlu kembali berkaca. Sekadar untuk mengingatkan diri bahwa apa yang ada di atas tanah Indonesia hendaknya perlu kita jaga bersama. Beda idola pemimpin saja kita bisa adu mulut hingga tiada batasnya, tidak hanya di dunia nyata tetapi juga di dunia maya. Beda cara pandang untuk memajukan Indonesia saja kita bisa adu fitnah yang terus menerus tiada hentinya. Beda pulau tempat tinggal saja kita bisa adu modern pola hidup hingga mengecilkan yang lainnya, yang sesungguhnya semua tanah sama hanya beda pola pembangunannya saja.

Hari ini di istana merdeka terdapat pemandangan yang cukup bisa menyejukkan mata, di mana para pejabat negara dengan bangga sama-sama mengenakan pakaian adat Indonesia. Dari hal ini mungkin perangkat negara yang memiliki ide tersebut ingin menunjukkan kepada seluruh rakyat Indonesia tentang pentingnya kerukunan hidup di tengah keberagaman yang ada di sekitar kita. Indonesia butuh orang-orang yang mampu menjunjung tinggi persatuan demi kemajuan bangsa. 

Di negara lain saja membeli makanan sudah menggunakan mesin yang kita tinggal duduk manis menunggu si robot datang mengantarkan pesanan, lalu apa jadinya jika hingga kini Indonesia masih saja meributkan hadirnya ojek atau taksi online sebagai salah satu jalan kemudahan untuk mengatasi kemacetan. Di suatu negara beda benua saat ini telah menerapkan bagaimana pendidikan anak yang efektif saat di sekolah, lantas mengapa Indonesia masih saja meributkan masalah fullday school atau yang sejenisnya.

Karena apa-apa selalu diributkan. Partai beda pemimpin tentu beda pemikiran, maka mengapa harus selalu saja diributkan, difitnah, hingga berusaha dijatuhkan, yang padahal kita belum tahu bagaimana ia akan memajukan sistem kenegaraan. Jika saja semua yang merasa berkepentingan atas kemajuan bangsa ini tergerak untuk selalu berada di jalan yang benar untuk menuju Indonesia yang gemilang, mungkin masalah keributan politik tidak akan terus berulang. Pemimpin idolanya tidak berhasil memenangkan suatu perhelatan, maka buka berarti kita bebas mengecam sang pemenang hingga memakinya tiada usai. Mengapa selalu saja ada alasan untuk menuai keributan? Mengapa selalu saja ada umpan untuk cikal bakal perpecahan?

Bagaimana kita bisa berperan aktif untuk turut memajukan tanah air Indonesia? Mulai dari diri sendiri untuk berhenti mencaci maki lawan politik idola kita yang menang ataupun sebaliknya. Mulailah untuk tidak menghakimi agama orang lain yang dianggap tidak sebaik agama kita, karena ini masalah keyakinan dan kepercayaan, hak asasi yang tidak seorang pun boleh memaksakan. 

Mulailah untuk berpikiran terbuka bahwa masih banyak aktivitas positif lainnya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kualitas diri dan berdampak baik bagi masyarakat, ketimbang hanya terus mengumpat di dunia maya yang tiada batasnya. Indonesia sudah merdeka, maka merdekakan pula pikiran kita dari belenggu yang hanya akan menghancurkan saja, merdekakan langkah kita untuk bisa berbuat lebih banyak lagi bagi nusantara, dan merdekakan sikap kita untuk bisa lebih terbuka terhadap masukan-masukan positif yang datang dari mana saja.

MERDEKA!

#DNU

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline