Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Hati-hati Jika Menyebarkan Foto Anak Sekolah Tak Beretika

Diperbarui: 18 Mei 2016   15:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kadang kala maksud hatiberempati namun justru malah kurang hati-hati. Sebut saja empati besar-besaranyang banyak dilakukan oleh netizen dengan membagikan ulang foto-foto pelajaryang jauh dari etika. Diantaranya siswi yang sedang merokok, siswa mengenakanseragam sekolah layaknya siswi, aksi saling coret pakaian pasca Ujian Nasional,dan hal-hal lainnya yang benar-benar tak pantas jadi konsumsi publik.

Ketika kita mendapatkan foto tersebut di media sosial, lalu sebagai ungkapanrasa prihatin langsung saja kita membagikan ulang kepada rekan-rekan lainnyamelalui dunia maya. Tidak lupa disertakan kecaman "mau jadi apa bangsaini! Ini tanggung jawab siapa? Ini salah siapa?".

Menurut saya, ada satu hal yang perlu ditanyakan, yaitu sudah pahamkah dampakdari semakin meluasnya penyebaran foto tersebut? Eloknya kita berfikir lebihluas lagi, tidak hanya menunjukkan empati dan mengutuk keadaan tentang mengapasemua ini bisa terjadi.

Lebih dari itu, apa jadinya jika foto-foto tak beretika tersebar meluaskeseluruh penjuru dunia maya? Bukankah hal ini berpotensi Indonesia mendapatdecak miris dari berbagai pihak tentang pendidikan yang ada di tanahnya? Lebihjauh lagi jika negara tetangga melihat dan berfikiran "Oh... anak-anakIndonesia tuh begini ya..." Hey! Apa kata dunia gaeesss??!!

Hal ini persis sama dengan etika penyebaran foto korban kecelakaan atausemacamnya. Tidak sedikit yang berpendapat "bayangkan bagaimana jika yangmenjadi korban adalah anak Anda...". Sekarang apa bedanya dengan"bayangkan jika siswa siswi yang berfoto dengan pose aneh tersebut adalahanak Anda?. Toh kita pasti bergegas melayangkan permohonan ke seluruh penjurudunia agar setiap yang melihat segera berhenti membagikannya.

Seseorang akan sangat mudah menelaah suatu keadaan melalui suatu gambar.Misalnya jika kita ingin pergi liburan dan memesan hotel, sebagian dari kitaumum melakukan pemesanan hotel dengan terlebih dahulu melihat foto-foto hoteltersebut di website-nya. Dari situ kita akan menyimpulkan hotel tersebut layakatau tidak.

Demikian pula dengan aksi sharing foto "pelajar tak beretika" yangterus menerus dilakukan oleh orang yang menerima. Bukankah dunia luar akansangat mudah menyimpulkan bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia termasukjuga para remajanya? Padahal bisa jadi hal tersebut hanya sebagian kecil saja.Namun karena kekuatan komunikasi visual yang begitu hebat maka pikiranseseorang akan sangat mudah terpengaruh.

Contoh lainnya sebuah restoran yang memasang foto makanan enak di websitenya,bagi yang melihat bisa jadi akan menyimpulkan makanan di resto tersebutenak-enak. Padahal belum tentu, bisa jadi hanya menu-menu tertentu saja, danyang lainnya standar.

Melalui artikel ini saya ingin mengajak para pembaca agar lebih selektif lagidalam melakukan penyebaran foto-foto di dunia maya. Terlebih lagi bagi fotoyang memiliki dampak luar biasa bagi orang yang melihatnya.

Ingin Indonesia dikenal sebagai negara yang arif dan budiman kan? Yuk sama-sama kita koreksi diri agar bisa lebih selektif lagi dalam berselancar di duniamaya. Karena gambar berbicara lebih kuat dari pada tulisan.

(dnu, ditulis sambil nunggu meeting dimulai, 18 Mei 2016, 13.42 WIB

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline