Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Jaga Batasan #kamitidaktakut Agar Tidak Takabur

Diperbarui: 16 Januari 2016   14:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kejadian teror bom di Sarinah, Jakarta yang terjadi pada Kamis (14/1) lalu berhasil melahirkan berbagai istilah dan fokus baru di dunia maya. Mulai dari membahas polisi yang rupawan, sepatu yang digunakan sang teroris hingga lahirlah hastag #kamitidaktakut. Hastag ini dimaksudkan agar seluruh warga DKI Jakarta khususnya dan warga negera Indonesia pada umumnya tidak takut dalam menghadapi berbagai teror macam apapun.

Kejadian yang mengerikan ini telah berhasil diamankan oleh jajaran kepolisian, tentara dan berbagai petinggi negara ini hanya dalam waktu hitungan jam saja. Jakarta kembali tenang namun tetap perlu tingkat kewaspadaan yang tinggi. Berkat kerjasama yang baik antar berbagai pihak maka kondisi Ibukota negara yang sempat memanas cepat kembali pulih walau police line masih terpasang di sejumlah titik kejadian. 

Atas kejadian ini ada hal kecil yang ingin saya soroti yakni mengenai hastag #kamitidaktakut. Kalimat ini memang terdengar sangat optimis, berani, siap perang melawan teroris, bahkan siap sedia menyelamatkan bumi Indonesia dari siapa saja yang berani menyerangnya. Tapi disisi lain saya melihat masih ada konotasi yang negatif dari hastag ini jika diucapkan dan disebarkan terlalu berlebihan.

Jika hastag #kamitidaktakut dituangkan dalam sebuah spanduk berukuran besar, diucapkan sambil berteriak bersama-sama, mengusung spanduk tinggi-tinggi dan perbuatan mengelu-elukan lainnya, menurut saya ini bisa nyaris berlebihan. 

Hati-hati, jangan terlalu berani mengucapkan ini, jangan terlalu gembira mengucapkan “kami tidak takut”, karena hal ini terkesan menantang. Kita menantang teroris datang lagi, kita menantang keadaan yang mencekam untuk muncul kembali, bahkan bisa dibilang kita menantang keadaan. Hati-hati, ini bisa menjurus pada takabur. 

Bukan berarti tidak setuju untuk diungkapkan dan disebarkan kemana-mana, hanya bermaksud mengingatkan satu sama lain agar tetap menjaga pada porsinya agar tidak terkesan menantang, sombong, hingga nyaris takabur. 

Kita berani karena kita memang tidak takut, tapi kita juga tetap perlu waspada. Jaga hati, jaga ucapan dan jaga batasan. 

Love all of you! 

#DNU

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline