Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Sulitnya Menjadi Teman Terbaik ala Supir Taksi

Diperbarui: 11 Desember 2015   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pak supir taksi yang namanya saya rahasiakan ini telah sukses mengantar perjalanan siang saya (10/12) dari Jakarta Utara menuju Jakarta Selatan, dan kembali ke Jakarta Utara.

Seperti biasa, saya tertarik untuk berbincang tentang hal apa saja kepada supir yang mengantar saya pergi. Supir apapun itu. Kecuali ojek, karena agak susah ngajak ngobrolnya dan bedanya pandangan antara saya dengan dia. Dimana kalau naik ojek saya menatap ke depan, kadang ke kanan dan ke kiri, namun sang supir hanya menatap ke depan saja, tak pernah mencoba menatap saya yang setia duduk di belakangnya hahaha...

Seperti biasa saya menumpang taksi berwarna biru. Duduk di samping pak supir yang sedang bekerja, dan saya tertarik untuk bertanya tentang pekerjaannya sebelum ia bergabung dengan armada taksi ini.

Berdasarkan pengakuannya, ia bergabung dengan grup perusahaan sedan biru ini baru dua tahun. Sebelumnya ia lebih banyak menjadi supir pribadi sebuah keluarga, baik pejabat maupun pengusaha.

Baginya menjadi supir taksi lebih menyenangkan dan menenangkan dibandingkan menjadi supir pribadi. Karena jika menjadi supir pribadi menurutnya terlalu banyak hal-hal antar personal yang harus ia kompromikan.

Misalnya banyak peraturan yang dibuat sepihak oleh sang keluarga tanpa memikirkan hak sang supir, hingga sulitnya memahami karakter para majikan tempatnya bekerja.

Konflik pribadi justru sering terjadi kala menjadi supir pribadi. Ia harus banyak menahan perasaan, harus bisa menerima bagaimana pola pelampiasan kemarahan sang majikan, dan lain-lain.

Sebenarnya ia mengidamkan bisa menjadi seorang supir di sebuah perusahaan. Karena baginya suatu perusahaan memiliki aturan yang jelas dalam memperlakukan karyawannya, termasuk supir.

Namun apa daya, rezekinya malah berada di sebuah armada taksi berlogo burung biru ini. Jadilah sudah dua tahun ia amat menikmati profesinya sebagai supir taksi.

Membawa penumpang dengan berbagai tujuan telah membuatnya bahagia, karena ia merasa telah bisa memberikan kebahagiaan kepada orang lain dengan cara yang tidak terlalu sulit.

"Apalagi kalau saya berhasil cari jalan tikus mbak, dan bikin perjalanan tamu yang saya bawa jadi lancar, dia seneng, ga kena macet, cepet nyampenya dan dia puas... saya seneng banget tuh mbak..."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline