Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Puisi untuk Ayah

Diperbarui: 17 Juni 2015   22:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh Hari Sudah, Semoga Jalanmu Dipermudah

Telah tiada, Ayah orang lain yang saya rasakan sebagai sosok Ayah saya sendiri.

Ayah yang sejak saya kecil ketika bertemu dengannya selalu saya cium tangannya dan memohon doanya untuk kelangsungan sekolah saya.

Ayah yang sejak kecil saya sekeluarga selalu mengunjungi rumahnya hanya sekedar memohon doanya untuk kelangsungan hidup kami sekeluarga.

Ayah yang selalu saya ingat alunan serak merdu suaranya.

Ayah yang selalu saya ingat akan sapaan lembutnya.

Ayah yang selalu saya ingat tentang goresan senyum manisnya.

Tapi kini Ayah sudah tiada, meninggalkan kami semua anak-anak lingkungan rumah yang sudah menganggap ia sebagai Ayah kami sendiri.

Kini tak akan ada lagi suara khas yang selalu memberi kesejukan melalui ceramahnya di rangkaian ibadah tarawih Ramadhan.

Tak ada lagi suara khasnya yang selalu saya dengarkan dari rumah saat memberikan pengajaran kuliah subuh dari masjid dekat rumah.

Tak ada lagi sapaan lembut seorang Ayah yang akan saya temui di tengah jalan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline