Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Ucapan Selamat Hari Raya, Perlu Diperdebatkan Ya?

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Menjelang Hari Raya Umat Kristiani yakni Hari Raya Natal banyak orang disana-sini baik kaum sipil maupun petinggi ribut-ribut untuk hal yang menurut saya agak kurang penting. Yang diributkan adalah hal sepele, yaitu mengucapkan selamat Natal kepada yang merayakannya.

Mengapa saya katakan agak kurang penting? Bukankah hal ini bisa dengan sangat mudah dikembalikan ke pribadi masing-masing? Bagi yang bersedia memberikan ucapan kepada koleganya ya silahkan saja. Demikian sebaliknya, bagi yang merasa tidak perlu mengucapkannya ya sudahlah, itu hak dia.

Mengapa harus dibahas sana sini? Bahas tentang hukumnya lah, akibatnya lah, persepsinya atau apapun yang lagi-lagi menurut saya ini adalah hal sederhana yang tidak perlu diperdebatkan. Kembalikan saja semuanya pada hak hidup masinng-masing.

Siapa yang memberikan ucapan, dia pasti sudah mengerti dan paham sekali dengan segala konsekuensinya, baik dari sisi hukum, persepsi atau apapun. Dan yang perlu diingat adalah setiap orang yang mengucapkan selamat hari raya kepada penganut agama lain, ia pasti memiliki alasan yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan.

Bagaimana dengan yang kontra, yang tidak ingin mengucapkan? Closed. Silakan saja. Itu adalah pilihan yang telah menjadi hak asasinya.

Mereka yang merayakan Hari Raya agamanya pun tidak meminta umat lain untuk mengucapkannya bukan? Ini hanya bonus atau nilai plus saja yang mereka dapatkan saat menerima ucapan selamat dari rekan yang bukan seiman. Jadi, rekan-rekannya yang tidak seiman pun tidak perlu mempermasalahkan jika ada orang lain yang mengucapkan selamat hari raya kepada yang lainnya. Balik lagi, ini adalah hak hidup masing-masing.

Menurut saya, kita sangat tidak bisa mengubah orang lain, untuk itu maka kitalah yang harus mengubah diri kita sendiri.

Melarang, mengomentari atau mencemooh rekan seiman kita yang memberi ucapan selamat hari raya kepada rekan lain iman adalah hal sia-sia yang hanya akan merusak hubungan pertemanan saja.

Indonesia itu indah. Beragam suku, budaya dan agama. Toleransi sudah diajarkan kepada semua anak didik sejak masih dalam pendidikan dasar. Pun mengenai segala hak asasi yang terdapat dalam hidup.

Segala perbuatan dalam hidup itu pilihan, begitu juga dengan pemberian ucapan selamat macam ini. Biarkan dan hormati saja setiap orang dalam melakukan sesuatu dalam hidupnya.

Disisi lain, bagi yang merasa pemberian ucapan selamat hari raya kepada penganut agama lain adalah hal yang salah, boleh saja diingatkan. Tapi ada banyak cara toh untuk mengingatkannya? Bukan dengan menghujatnya di media sosial, dibahas dalam obrolan atau bahkan menjadi perdebatan yang maha besar. Kamu bisa melakukannya dengan baik. Misalnya dengan menyampaikan pendapatmu secara pribadi.

Keanekaragaman itu indah. Eloknya agar tidak dikotori dengan paham-paham tertentu yang mestinya masih bisa ditekan dengan suatu cara yang indah pula.

(dnu, ditulis sambil pusing bin mumet, 24 Desember 2014, 10.24)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline