Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurbaiti (DNU)

TERVERIFIKASI

Entrepreneurship Lecturer

Bijaklah dalam Menyebarkan Informasi

Diperbarui: 17 Juni 2015   11:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seringkali beredar informasi yang sifatnya masif - tentang apapun - melalui broadcast message di Blackberry Messanger, Wahats Up ataupun lainnya. Terkait hal ini, para pembaca yang baik hatinya pernah perhatikankah biasanya di awal pesan yang ingin disampaikan ada tertulis “copy dari grup sebelah, info dari grup tetangga, ngelanjutin BC aja, nerusin BC temen, dll....”

Nah, tersadarkah bahwa kalimat-kalimat awalan tersebut adalah ciri dari ketidaktanggungjawaban sang pelanjut pengirim pesan? Artinya, yang melanjutkan Broadcast (BC) tersebut bisa jadi tidak mau disalahkan jika terjadi kesalahan dalam informasi yang ia edarkan. Karena apa? Karena kan diawal sudah dikatakan saya hanya melanjutkan dari grup sebelah ya... ^^

Saya melihat hal ini terus terjadi untuk peredaran informasi apapun, tanpa yang mengedarkan merasa bertanggung jawab untuk mencari kebenarannya atas isi informasi. Nampaknya kita tidak bisa menyerah dan berpasrah diri begitu saja pada title pemilik informasi yang terdapat dari pesan tersebut. Misalnya pesan tentang banjir yang katanya disebarluaskan oleh pihak kepolisian, atau pesan tentang adanya pengobatan massal yang katanya diedarkan oleh sebuah Rumah Sakit.

Menurut saya, bisa lebih bijak rasanya jika kita tidak semata-mata percaya begitu saja dengan isi pesan tersebut. Karena bisa saja yang mengirimkan bukan instansi yang disebutkan disitu, atau bisa jadi nih pesan tersebut benar adanya dari instansi terkait, tapi... isi pesannya sudah kadaluarsa.

Bisa saja kan ada oknum iseng yang mungkin kurang kesibukan, dia mengklaim ada pesan penting yang dikeluarkan oleh sebuah badan usaha, pemerintah atau instansi apapun lalu dengan gaya seriusnya mengedarkan pesan paslu tersebut. Dan kita sebagai rantai ke sekian yang menerima pesan langsung menelan bulat-bulat tanpa merasa lagi perlu mengecek tingkat kebenaran atas isi pesan tersebut.

Saya tertarik untuk membagi dua tipe individu yang gemar meneruskan pesan berantai, yaitu :

11. Individu yang Amat Peduli Pada Terhadap Sesama

Tipe ini cenderung memiliki energi positif yang amat baik. Betapa ia sangat peduli dengan orang-orang disekitarnya sehingga ada pesan apapun ia langsung mengedarkannya tanpa basa basi. Bisa dibilang tanpa pikir panjang ia lantas menyebarkan pesan yang menurutnya perlu dibagikan kepada orang lain. Terlebih lagi bisa jadi ia belum tahu kebenarannya atas isi pesan tersebut. Ia hanya tahu bahwa “saya harus bagikan pesan ini kepada teman-teman saya... mungkin akan bermanfaat bagi mereka...”

22. Individu Kurang Kreatif

Tipe ke dua ini nampaknya memang agak kurang banyak energi positifnya. Sehingga bisa saja setiap pesan berantai yang masuk pada dirinya dengan kekuatan iseng atau nothing to lose langsung saja disebarkannya tanpa berharap apa-apa. Ia hanya meneruskan saja tanpa pernah berharap apapun yang akan terjadi atas penyebaran pesan ini. “Yang penting saya teruskan saja... terserah yang nerima aja mau gimana.....”

Saya tidak lagi membicarakan apakah BC atau pesan berantai itu menggangguatau bagaimana. Yang diangkat dalam artikel ini fokus kepada perlunya rasa tanggung jawab sebelum kita meneruskan informasi kepada orang lain.

Kalau ternyata yang kita teruskan adalah informasi kaleng bagaimana? Bukankah jika ada akibatnya nanti kita juga bisa turut disalahkan? Sebagai orang yang ikut serta menyebarkan informasi yang belum jelas kebenarannya maka pihak ini juga bisa disalahkan jika suatu hari nanti terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atas pesan tersebut.

Tidak sulit ya rasanya jika ingin menelaah sebentar tentang suatu pesan yang kita terima sebelum meneruskannya kepada orang lain. Agar kita juga terciri sebagai pribadi yang selektif, cinta kebenaran dan tidak salah kaprah. Terlebih lagi bentuklah diri kita sendiri sebagai pribadi yang tidak mudah dimasuki oleh doktrin apapun :p

(dnu, ditulis sambil menikmati derasnya hujan turun - memandangi macet dan memikirkan anak-anak di rumah yang entah sedang apa, 9 Februari 2015, 11.14)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline