BERINAI JAMBI : JEJAK TRADISI DI TANAH JAMBI
Dewi Novita Sari
12 IPS 4, SMA NEGERI 3 KABUPATEN TANGERANG
Budaya menikah dari setiap daerah di Indonesia sangatlah unik, banyak sekali adat istiadat yang terkadang sangat bertentangan satu daerah dengan daerah lain, tetapi ada satu budaya di Jambi yang menjadikan adat istiadat pernikahan menjadi unik, Henna. Henna mungkin kita tahu sebagai tato yang diperbolehkan oleh agama Islam. Namun, awalnya bukan dari sana.
Henna bukan sekedar pewarna alami, melainkan warisan budaya yang diwariskan secara turun temurun. Jejak sejarahnya yang dipadukan dengan adat pernikahan henna menciptakan tradisi unik yang terus beradaptasi dengan perkembangan zaman. Pada artikel ini, kita akan menelusuri sejarah henna Jambi dan penggunaannya dalam praktik henna hingga transformasinya menjadi henna modern.
Sejarah Henna Jambi : Dari Peradaban Kuno Hingga Zaman Modern
Henna diperkirakan sudah ada di Jambi sejak abad ke 7 Masehi, dibawa oleh para pedagang dari India dan Timur Tengah. Masyarakat Jambi memanfaatkan daun henna (nama lain henna) untuk berbagai keperluan, mulai dari pewarna pakaian, kosmetik, hingga ritual terapi. Penggunaan henna dalam adat pernikahan diperkirakan muncul pada abad ke-14 seiring masuknya pengaruh Islam.
Berinai: Ritual sakral sebelum menikah
Ritual berinai merupakan tanda calon pengantin akan menikah. Ritual ini biasanya dilakukan beberapa hari sebelum pernikahan. Desain cantik dan bermakna diukir pada tangan dan kaki pengantin menggunakan henna berwarna coklat tua. Motif-motif ini melambangkan harapan akan kebaikan, kebahagiaan dan kesuburan dalam perkawinan. Tradisi berinai di Jambi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu.
Sebelumnya, ritual berinai dilakukan hanya dengan menggunakan lilin dan bahan-bahan alami. Ritual ini disebut "Malam Bai Nai". Namun seiring pengaruh modernisasi dan berkembangnya teknik melukis henna, malam bainai mulai tergantikan oleh henna modern.
Merubah Bahan Dasar tanpa Merubah Makna Dasar
Berbahan dasarkan dari dedaunan yang harus diproses kembali menjadikan henna tradisional lebih sulit didapat dan digunakan dalam Malam Berinai. Oleh karena itu, banyak pihak yang mulai memproduksi bahan modern untuk Henna ini yang dipercayai masih sama dan tidak mengurangkan nilai dari bahan tradisional Henna. Produksi Henna di era modern tentu memudahkan masyarakat Jambi yang masih melaksanakan tradisi Malam Berinai.
Henna modern menggunakan bahan-bahan yang lebih mudah didapat dan tersedia dalam lebih banyak variasi warna. Motifnya pun semakin beragam dan mengikuti tren terkini. Menggabungkan tradisi dan modernitas: Konservasi warisan budaya Meski mengalami perubahan, esensi tradisi Berinai tetap utuh.
Henna modern menjadi jembatan pelestarian warisan budaya Jambi. Dengan perubahan bahan baku bukan berarti nilai-nilai yang diberikan, doa-doa yang dipanjatkan, dan harapan yang dinaikan di Malam Berinai untuk sang mempelai wanita jadi menghilang. Ketika teknologi mempermudah budaya untuk dilaksanakan itu adalah hal yang harus didukung sembari kita terus menjaga nilai-nilai dari budaya tersebut.