Lihat ke Halaman Asli

Waspadai Momentum Pro Khilafaisme

Diperbarui: 12 Januari 2024   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

turki utsmani - Jumarnal Islam

Bagi sebagian orang, tahun 2024 adalah tahun istimewa. Hal ini karena tepat 100 tahunnya kekhilafahan Turki Utsmani pada tahun 1924.Seratus tahun peringatan inilah menurut mereka adalah tepat untuk membangkitkan kembali kejayaannya.

Mereka tak segan menampakkan diri di media sosial dan memulai kampanye (atau lebih tepatnya memprovokasi ) agar Indonesia dapat memulai rencana untuk membangkitkan kembali kekhalifahan yang sudah 100 tahun lenyap. Mereka ingin dunia dikuasai oleh kekhalifahan. Karena itu konstruksi narasi mereka rapi memunculkan notifikasi bagi simpatisan agar memaulai perjuangan demi hal itu.

Hal di atas bukan isapan jempol. Al Qaeda tengah mempersiapkan segala hal untuk membangkitkan kembaliideologi khilafah yang telah mati suri iru. Memang ISIS pernah hampir berhasil menggalang dana dan sumber daya dari seluruh dunia untuk perjuangan menegakkan kekhalifahan di Iraq dan Suriah , namun upaya itu gagal. Suriah kemudian menjadi target Al-Qaeda. Meskipun belakangan organisasi ini seolah-olah hidup segan mati tak mau, ternyata mereka justru melakukan aktivitas terorisme secara tersamar (kegiatan di bawah tanah) lalu menyebar di berbagai negara. Dalam hal ini, agenda utamanya, kekhalifahan global. Pada Minggu (31/1/21) misalnya, sedikitnya tiga orang tewas usai teroris Al-Qaeda serbu hotel mewah di Mogadishu, Somali.

Indonesia adalah "lahan subur" sebagai sasaran provokasi kebangkitan kekhalifahan. Bagaimana tidak, meski secara formal Pancasila dan UUD 45 adalah filosofi dan dasar negara kita, namun secara sembunyi-sembunyi mereka menolak hal itu. Mereka mulai tidak lagi mau menghormati Pancasila dan bendera. Sekolah tak lagi mau melakukan upacara bendera. Anak-anak sekolah tak lagi hafal teks Pancasila dan pembukaan UUD 45 dan lain sebagainya.

De fakto, banyak sekali hal-hal seperti bom bunuh diri atau penyerangan kepada lambang negara dengan basis penegakan syariat Islam di Indonesia. Malah ada seorang wanita yang nekad menembus batas pengamanan istana presiden untuk emnemui Presiden RI, guna memberikan masukan bahwa filosofi negara yang benar seharusnya adalah syariat islam dan bukan Pancasila. Ada penyerang perempuan di Mabes Polri yang punya motivasi yang sama, yaitu penengakan syariat Islam dan menegakkan kekhalifahan.

Sehingga, masuk akal jika tahun ini adalah momentum tepat untuk membangkitkan khilafahisme dan menajdi perlawanan nyata bagi sistem negara yang mereka cap sebagai toghut  dan menafikan negara modern.

Sejatinya menguatnya sistem demokrasi bukan karena dirinya an sich, tetapi sistem ketatanegaraan ini telah menang tanding melawan sistem ketatanegaraan yang lain dan tentunya karena demokrasi relevan dengan realitas masyarakat kontemporer. Sedangkan khilafahisme sendiri sudah kalah tanding secara ideologis dengan sekularisme Turki yang dikomandoi oleh Mustafa Kemal Ataturk pada tahun 1924.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline