Lihat ke Halaman Asli

Harmonisasi Agama dan Budaya Indonesia

Diperbarui: 12 April 2018   09:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hasil gambar untuk agama dan budaya (foto: Simanjuntak)


Jauh sebelum agama masuk ke Indonesia, penduduk nusantara memeluk aliran kepercayaan seperti anismisme dan dinamisme. Akar agama mereka adalah kebudayaa itu sendiri. Mereka menyembah Yang Kuasa dengan hasil alam seperti pisang, jeruk , bunga dan lain-lain. Menyembahnyapun mereka memakai tari-tarian dan sloka yang memujikan Junjungannya.

Kemudian pengaruh luar masuk, diantaranya membawa agama, semisal Hindu, Islam, Kristen sampai Budha. Masuknya agama-agama di nusantara itu melalui integrasi , artinya menyeimbangkan agama dengan budaya setempat.

Kita lihat misalnya Walisongo. Sembilan guru agama yang mengajar dan menyebarkan agama Islam ini melalui kebudayaan setempat. Misalnya beberapa ritual yang bisa kita lihat di beberapa daerah di Jawa. Melalui sembahyang dan ritual-ritual lainnya. Tujuannya agar agama Islam bisa 'masuk' dengan baik di benak masyarakat.

Kita sering mendengar lafal Al-Quran yang disenandungkan dengan cara ritmis, seperti membaca tetapi punya nada-nada tertentu. Itu adalah hasil integrasi agama dengan budaya kita. Sampai sekarang cara itu dipakai oleh guru dan penyebar agama Islam yaitu Emha Ainun Nadjib. Pengacarannya lebih gampang diterima oleh masyarakat.

Artinya masuk dan berkembangnya agama-agama di Nusantara sering tidak bisa dipisahkan denganbudaya lokal setempat. Budaya Bali, budaya Sumatera, Jawa dll.  Kita punya budaya yang melekat di wilayah masing-masing. Artinya terjadi integrasi antara agama dan budaya yang menghasilkan situasi dan kondisi yang baik dan damai.

Sehingga memang, ketika beberapa pihak mempersoalkan budaya asli agama itu berasal, semisal sorban untuk aliran agama di India, atau Timur tengah, cadar dan sebagainya, itu menjadi  satu bahasan khusus.

Jika dengan budaya setempat agama itu bisa berintegrasi dengan baik, saya kira itu adalah hal yang baik yang bisa dilanjutkan. Kita tak usah memaksa budaya lain diterapkan sementara agama bisa dan budaya lokal bisa harmoni dan damai. Damai dan sejahtera adalah cita-cita kita sebagai bangsa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline