Ia hanya berbicara dari sudut lirikan mata
Tersimpan gelegar petir yang diredam
Nafasnya menderu bagai singa berburu
Jemari beku lemas tak tentu
Di situ ia merajut pilu
Gairah padam mematikan langkah
Sang Tuan pemilik martabat dunia
Sedang tenggelam dalam pikirannya
Satu demi satu suara tumpah di antara diam
Menyebut kata dengan terbata-bata
Karena ia enggan menyerah
Pada musuh yang menganggapnya kalah
Hai, Tuan, yang katanya pemilik takhta
Kau bilang tentang arti kekalahan
Jadi, ada baiknya kau tak lagi gentar oleh serangan
Karena kau sejatinya penyeru martabat dan cinta
Putri Dewi.
Yogya. 25/07/24
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H