Siapakah di antara kalian yang memiliki hobi: MENULIS?
Menulis tentu tak asing bagi seorang siswa. Sejak di bangku kelas 1 SD (Sekolah Dasar), siswa telah diperkenalkan dengan huruf dan angka. Selanjutnya, di tingkat SMP (Sekolah Menengah Pertama), SMA (Sekolah Menengah Atas) bahkan seumur hidup, seseorang akan selalu berhubungan dengan menulis.
Ya, secara umum, KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) mendefinisikan Menulis adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya). Lebih jauh lagi, secara khusus, KBBI juga mendefinisikan Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Untuk selanjutnya, agar persepsi kita sama, kita gunakan definisi Menulis seperti definisi khusus di atas.
Ketika Menulis menjadi hobi, kita akan gemar melakukannya di saat senggang kita. Ada yang bilang, Menulis itu sesungguhnya adalah bercerita (Warkasa, 2020). Jadi kalau kita suka bercerita, itu sama artinya kita sedang menulis secara lisan. Tinggal bagaimana kita mengolahnya dalam bentuk tulisan.
Pintar Curhat = Pintar Menulis (Widz Stoops, 2020), anggap saja Menulis itu Seperti Berbicara Dengan Temanmu (Budi Susilo, 2020). Kalau kita percaya pada seseorang, kita bisa curhat dan berbicara apa saja kepada teman kita. Ketika Curhatan itu kita tulis, disitulah kita melakukan kegiatan yang disebut Menulis.
Oya, ada juga lho yang berpikiran, Anggaplah Menulis Itu Seperti Makanan Yang Kita Sukai (Apriani Dinni, 2020). Makanan kita butuhkan setiap hari, demikian pula menulis adalah asupan nutrisi bagi jiwa, yang bagus dilakukan setiap hari.
Ada kalanya, setelah beberapa waktu kita berkecimpung di dunia menulis, ada Saat Tak Ingin Menulis (Niek, 2020). Beberapa alasan kerap dilontarkan untuk mendukung hal tersebut. Mungkin karena kita bosan, banyak kegiatan lain yang harus diprioritaskan, kecewa karena kenyataan tak sesuai dengan angan-angan, dan seribu alasan lainnya kita gunakan untuk membenarkan posisi kita.
Saya tak hendak membahas tentang alasan-alasan tersebut. Karena setiap orang tentu mempunyai pergumulan hidup masing-masing. Di sini saya ingin membagikan kisah saya, untuk Menjaga Nyala Api Menulis. Menurut saya, Menulis itu seperti Nyala Api. Sekali ia dinyalakan, ada 2 kemungkinan yang menjadi kelanjutannya.
Yang pertama, nyala api itu akan terus menyala. Yang kedua, nyala api itu akan padam.
Nyala api bahkan bisa berupa jilatan-jilatan lidah api yang membubung ke angkasa seperti saat acara api unggun di kegiatan Pramuka, ketika api di kayu bakar disiram dengan bensin. Blubbb !!! Api menari meliuk-liuk, ia memberi makna dengan menghangatkan orang-orang yang ada di sekelilingnya.
Ketika kita menekuni hobi Menulis, ada beberapa hal yang dapat membantu kita menjaga nyala api menulis itu, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.