Lihat ke Halaman Asli

Puisi: Candu Rindu

Diperbarui: 26 April 2020   13:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Anggrek di Rumah / foto. by Srie S.

Melintasi waktu yang telah berlalu
Hingga sampai di titik itu
Saat menempuh liku perjalanan
Lima belas kilometer yang penuh deg-deg an

Bayangan yang menari di angan
Menjelma jadi kenyataan
Pintalan benang-benang harapan
Merajut hati dengan kebahagiaan

Langkah kaki berjalan menuju ruangan
Di mana dirimu tepekur dengan bacaan
Menahan hati tetap menapak perlahan
Meski ingin rasanya memeluk dan tak lagi lepaskan

Senyummu telah menyambut hadirku
Yang membeku terpaku di depan pintu
Aduhai, kenapa dag dig dug jantungku
Salah tingkah tak karuan kala itu

Dan duduk berhadapan denganmu
Tanpa kata, tanpa suara, membisu
Hanya debar dada yang bertalu
Tidakkah kau dengar itu ?

Rasa datang tanpa permisi
Hangat jabat tanganmu mengalir hingga ke kursi
Dahaga datang disertai dehidrasi
Kulihat dirimu tak lagi konsentrasi

"Silakan minum," kau tawarkan sebotol air mineral padaku
Aku tersenyum menolak tawaranmu
"Minumlah !" seolah kau tahu hausku
Dan seperempat isinya menyejukkan dahagaku

"Aku juga haus," katamu mengambil botol air mineral itu
Sekejap isinya berpindah melewati bibirmu
Kita tersenyum saling menatap mata
Lewat sebotol air mineral, rindu kita berjumpa

# 25.04.2020
# written by Dewi Leyly

Puisi ini telah ditayangkan di Secangkir Kopi Bersama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline