Mengunjungi satu tempat rasanya kurang komplet kalau tak mencicipi makanan khasnya. Baru-baru ini saya berkesempatan mengunjungi daerah Kaliurang yang terletak di bawah kaki gunung Merapi. Dulu tempat ini begitu sejuk walaupun hari telah berganti siang. Namun, sejak kemarau panjang melanda kesejukan itu hanya terasa ketika hari telah berganti dengan senja.
Jalan-jalan di daerah Kaliurang tentu kita tak akan menyia-nyiakan makanan khasnya yang bernama jadah. Unik. Begitulah kesan pertama yang saya dapat ketika merasakan kuliner yang satu ini.
Jadah atau di daerah lain ada yang menyebutnya dengan uli (Jawa Barat), tetel (Jawa Timur, Kalimantan Timur) atau gemblong (Jawa Tengah), adalah makanan yang terbuat dari beras ketan yang dimasak dengan menggunakan santan dan atau ditambahkan dengan parutan kelapa muda. Rasanya tentu saja gurih. Biasanya saya menikmati jadah ini dengan mencocol ke atas tape ketan (Betawi), semur daging (Banten) atau menambahkan parutan kelapa yang dimasak dengan gula aren, yang biasa disebut unti (Balikpapan), tetapi di daerah Kaliurang makanan kesukaan Sultan Hamengkubuwono IX ini dinikmati bersama dengan tempe atau tahu bacem dengan ceplusan cabe rawit.
Sedangkan ketika berjalan-jalan di sekitar pasar Beringharjo, Yogyakarta saya menemui jadah bakar yang dijajakan oleh pedagang-pedagang yang menggunakan pikulan. Rasanya jangan ditanya lagi. Gurih jadah yang bercampur harum bakarannya menambah nikmat makanan ini menjadi berlipat-lipat. Apalagi bila ditemani oleh secangkir teh tubruk, makin maknyus.
Berikut saya tuliskan resep dari jadah yang bisa kita buat sendiri di rumah.
Bahan-bahannya :
1. Beras ketan putih , 250 gram
2. Santan kental(65 gr santan instan + 100
ml air)
3. Kelapa parut