Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Bila Beruntung, Bisa Jumpa Bintang Laut di Belitung

Diperbarui: 11 Mei 2024   18:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bebatuan khas Pulau Belitung membuat Teteh asyik berlama-lama mengamatinya sambil bermain di pantai yang hangat. Sumber gambar dokumen pribadi.

Pulau Belitung dengan gugusan pulau-pulau kecil nan eksotik adalah keindahan alam tiada tara yang dimiliki Indonesia. Pasir putih nan lembut membentang di garis pantai dengan latar laut nan jernih dan langit nan biru.

Tak heran jika banyak pelancong yang ingin berkunjung kembali ke Pulau Belitung. Tidak cukup satu kali saja kunjungan ke sini. Aku dan anak bungsu, Teteh berkesempatan menikmati berbagai bentuk bentang alam yang unik beserta para penghuni yang menarik hati. 

Ketika mendarat di Pulau Belitung, kami diajak mengunjungi lokasi sekolah yang dipakai sebagai latar cerita dan film Laskar Pelangi. Sepanjang jalan, aku menyaksikan kebun kelapa sawit yang rimbun. Sempat bertanya kepada pemandu, "Apakah ini milik rakyat Pulau Belitung? Atau milik pengusaha asing?" Dia bilang, "Asing Bu ... Singapura dan Malaysia atau lainnya. Jakarta juga ada. Orang sini ya jadi buruh saja." Aku mengerutkan kening dan menghela nafas dalam. Ooohhh ... Begitulah potret nyata dari banyak perkebunan kelapa sawit di negara kita ini bukanlah milik sendiri.

Pemandu juga mengajak mengunjungi danau-danau yang berasal dari sisa galian tambang. Warna airnya biru kehijauan. Tampak cantik sekilas mata memandang. Namun, di balik warna yang menawan hati itu ada kisah pengrusakan lingkungan yang tiada kunjung diselesaikan. Ada sumber daya alam yang hanya dinikmati oleh segelintir orang saja. Ada banyak pertambangan ilegal yang membocorkan pendapatan negara. Lagi-lagi aku menghela nafas dan mengurut dada.

Teteh berjumpa bintang laut di Belitung. Sumber gambar dokumen pribadi.

Setelah berkeliling di daratan, kami diajak menikmati sajian kopi dan makanan berbahan dasar hasil laut. Waaahhhh ... Aku suka sekali dengan seafood. Ada udang, rajungan, cumi, dan beberapa jenis ikan. Rasanya segar dan manis, tidak bau amis. Beda sekali dengan seafood di Jakarta. Alhamdulillah ...

Keesokan harinya, kami berlayar menggunakan kapal motor untuk mengunjungi gugusan pulau-pulau kecil. Ada pulau dengan ciri khas mercusuar dan satu pulau lagi yang memiliki ciri khas yaitu bintang laut. Pulau Pasir Gusong (gosong) tempat bintang laut yang dijumpai Teteh adalah pulau ajaib. Loh kok bisa dibilang ajaib, mengapa?

Pulang Pasir Gusong ini kadang ada kadang tiada. Bila sedang pasang, pulaunya bisa menghilang. Nah ... Kebetulan, kami datang saat surut. Jadi bisa bermain di atas pasir yang lembut dan menemukan beberapa bintang laut. Pulau Pasir Gusong luasnya hanya 80 meter x 12 meter. Kecil sekali ya teman-teman K-Ners. 

Berpose dengan bintang laut tanpa menyentuhnya. Sumber gambar dokumen pribadi.

"Tidak boleh dipegang dan diangkat ya ... Nanti bintang lautnya stres dan mati," begitu pesan pemandu. Tapi ada saja yang nakal. Mereka memegang dan berpose dengan bintang laut itu. Iiihhh ... Gemes deh! Kasihan bintang lautnya. Populasi mereka juga semakin berkurang karena ada yang menangkapnya untuk diperjual belikan. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline