Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Belajar Integritas dan Anti Korupsi kepada Tokoh Bangsa di Buku Orange Juice

Diperbarui: 4 Mei 2024   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku membaca buku berjudul Orange Juice for Integrity untuk  menambah wawasan anti korupsi. Sumber gambar dokumen pribadi.

Siang yang terik di Jakarta. Rumahku yang memiliki dua pohon tanjung dengan dedaunan rimbun masih beruntung karena sesekali angin semilir masuk lewat pintu dan jendela yang terbuka. Meja kerjaku sengaja berada di area depan rumah yang punya akses untuk melihat tanaman di halaman dan mendengar gemericik air di kolam ikan. 

Sesekali suara kucing mengeong, sepertinya anak Tahu yang aku beri nama Cimut dan Bocil sedang bercanda. Mereka masih suka bergulat dan berlarian ke sana ke mari di teras rumah. Cukup menghibur, walau aku hatiku sedang gundah. 

Lagi-lagi aku menghela nafas dalam karena sesak membaca berita tentang korupsi di negeri tercinta ini. Maraknya korupsi tiada henti, entah kapan akan berakhir?

Sejenak aku duduk di pojok perpustakaan keluarga. Kursi kayu jati dengan jok dilapisi kulit berwarna hitam, semoga tak sehitam masa depan bangsa ini. Umur kursi ini hampir sama dengan umur kemerdekaan Indonesia. Dulu kursi ini ada di ruang keluarga Eni Enah dan Aki Sadja, nenek dan kakek yang tinggal di Kuningan, kota kecil di kaki Gunung Ciremai. 

Sambil menikmati secangkir kopi, aku melanjutkan membaca buku yang berjudul Orange Juice for Integrity yang diterbitkan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada tahun 2016.

Baca artikel terkait di link ini: Koruptor Versus Orang Jujur

Aku ingin bercerita tentang para tokoh yang memilih hidup sederhana bukan karena tidak mampu, bukan pula karena tidak bisa kaya. Mereka memilih opsi itu karena fokus dalam menjalankan amanat rakyat, bukan fokus memperkaya diri.  Menjadi abdi negara dan rakyat bukan berarti mencari kehidupan dengan memanfaatkan kekayaan negara dan rakyat.

Nenekku pernah menjadi anggota dewan di Kuningan. Sederhana saja hidupnya. Naik delman menuju gedung dewan adalah hal biasa yang tidak mengurangi wibawa. Beliau tidak mendapat gaji, melainkan hanya uang rapat atau insentif yang tak lebih dari beberapa kaleng susu. 

Akhirnya aku bisa bernafas lega dan berbangga hati, setidaknya ada para tokoh bangsa dan pemimpin yang amanah, jujur, sederhana, dan sangat bertanggung jawab. Mereka menjadi fakta, catatan sejarah bahwa bangsa kita tidaklah memiliki budaya korupsi sejak lama. Dari mereka, kita bisa optimis menjadi pribadi berintegritas dan amanah bukanlah kemustahilan bagi kita.

Mari kita teladani jejak langkah mereka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline