Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Toko Merah Legendaris di Kota Tua Jakarta

Diperbarui: 25 Juli 2023   06:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teteh setelah turun dari halte TJ berpose sejenak dengan latar Toko Merah Legendaris. Sumber dokumen pribadi.

Siang yang terik di Jakarta tak menyurutkan semangatku menuju Kota Tua Jakarta. Sungguh suhu hari ini membuat banyak orang memilih ngadem saja di rumah. Aku sebenarnya hanya berniat membeli mukena untuk Teteh, anakku bungsu yang akan segera masuk ke pesantren. Pusat Grosir Cililitan (PGC) sengaja aku pilih sebagai tempat belanja karena dekat sekali dari rumah. Cukup naik Mikrolet 06A tak lebih dari 10 menit sudah sampai. Jaraknya hanya sekitar satu kilometer saja.

Tak lebih dari seperempat jam, mukena putih polos sudah terbeli. Tetiba Teteh berbisik, "Bu ... Kita jalan-jalan yuk!" Aku berhenti sejenak dan menatap wajahnya. "Hhhmmm ... Teteh kepingin ke mana?" tanyaku. Dia cuma senyum. Iiihhh ... Aku gemes dong cuma dikasih senyum gitu. "Mau ke mana nih?" tanyaku lagi. "Ke mana saja boleh ... Yang penting kita jalan bareng pakai TJ ya Bu," kata Teteh.

Aku dengan cepat menganggukkan kepala. Lalu memutar badan kembali ke arah halte TransJakarta PGC luar. Di sini ada banyak rute yang bisa dipilih. Lucu juga sih Teteh memilih TJ pertama yang datang. Kebetulan tertulis PGC - Juanda. Nah ... Rute ini rasanya kok baru? Tapi mungkin saja pengganti Harmoni yang sedang direnovasi.

Kunjungan Singkat di Kota Tua Jakarta

Akhirnya aku dan Teteh sampai di halte Monas dan berganti menuju ke Jakarta Kota. Aku ajak Teteh turun di halte Kali Besar Barat. Unik sekali desain halte yang tepat berada di sisi kali. Atapnya melengkung seperti lengkungan stasiun kereta Jakarta Kota. Aku senang melihat kali yang telah direvitalisasi ini bersih sekali. Malah ada taman dan bisa duduk santai dibangku yang disediakan oleh Pemerintah Ptovinsi DKI Jakarta.

Kota Tua Jakarta memang menyimpan banyak bangunan dengan desain unik dan tentu saja legendaris. Salah satunya adalah bangunan Toko Merah yang berada tepat di seberang halte TJ. Toko Merah merupakan bangunan peninggalan kolonial Belanda yang terletak di tepi barat Kali Besar, Kota Tua Jakarta. Bangunan yang dinding luarnya atau fasede berwarna merah ini dibangun pada tahun 1730. Keren sekali loh! Ternyata ini adalah salah satu bangunan tertua di Jakarta. Ciri khas warna merah pada bangunan ini yang menjadikan bekas kediaman Gubernur-Jenderal Gustaaf Willem baron van Imhoff terkenal dengan sebutan Toko Merah. Woowww ... Menarik sekali. Teteh langsung minta difoto dengan latar bangunan bersejarah ini.

Toko Merah telah dijadikan Bangunan Cagar Budaya berdasarkan UU No. 5 Tahun 1992 dan Surat Keputusan Gubernur DKI Jakarta No. 475 Tanggal 29 Maret Tahun 1993. Setelah sekian lama terabaikan, akhirnya Toko Merah direstorasi pada tahun 2012 dan sekarang Toko Merah menjelma menjadi 'function hall' yang dapat dijadikan sebagai tempat konferensi dan pameran.

Teteh berjalan menyebarang jembatan menuju koridor ke arah Museum Fatahillah atau Museum Jakarta. "Eeehhh ... Perutku kenapa keroncongan gini?" kataku kepada Teteh. Tak sengaja sudut mataku melihat ada penjual kerak telor. "Waaahhh ... Pucuk dicinta kerak telor pun tiba ha3 ..." ledek Teteh sambil tertawa.

Aku segera memesan kerak telor makanan khas Betawi ini dengan pilihan telor bebek. Aroma arang berpadu dengan wangi bumbu serundeng. Resep kerak telor sebagai berikut :

Resep Kerak Telor

Bahan-bahan: 100 gr beras ketan putih, rendam semalaman dan jangan buang airnya, 4 butir telur bebek, 5 sdm ebi, sangrai dan haluskan (bisa diblender), 100 gr kelapa parut, garam dan gula secukupnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline