Anakku bungsu ketika ditanya, "Pelajaran di sekolah yang paling disukai apa Teh?" Teteh menjawab sambil mesem, "Olahraga he3 ..." "Loh kok ... Bukannya matematika? Kan kalau ulangan dan tugas harian paling sering dapat nilai 100 itu pelajaran matematika," tanyaku sambil mengucek rambut pendeknya. (Oya ... Ini adegan di dalam rumah ya he3 ... Kalau di luar rumah Teteh memakai jilbab, jadi gak bisa diucek-ucek rambutnya).
Apakah olahraga berkaitan dengan matematika? Jawabannya ada diakhir artikel ini.
Teteh terpilih oleh pesantrennya untuk mengikuti program uji coba ANBK (Asesmen Nasional Berbasis Komputer). Di dalamnya terdapat tiga komponen yaitu: (1) AKM (Asesmen Kompetensi Minimum) untuk mengukur literasi membaca dan literasi numerasi sebagai hasil belajar kognitif dan (2) Survey Karakter.
AKM merupakan penilaian kompetensi mendasar yang diperlukan oleh semua murid untuk mampu mengembangkan kapasitas diri dan berpartisipasi positif pada masyarakat. Kemendikbud mengusung kebijakan Merdeka belajar (di dalamnya termasuk AKM) sebagai kebijakan besar dalam rangka mewujudkan transformasi pengelolaan pendidikan di Indonesia.
Aku akan bahas kali ini tentang literasi numerasi yang didefinikan sebagai pengetahuan dan kecakapan dalam menggunakan berbagai macam angka dan simbol-simbol yang terkait dengan matematika dasar untuk memecahkan masalah praktis berbagai macam konteks kehidupan sehari-hari.
Selain itu literasi numerasi juga berguna untuk menganalisis informasi yang ditampilkan dalam berbagai bentuk (grafik, tabel, bagan, dsb.) lalu menggunakan interpretasi hasil analisis tersebut untuk memprediksi dan mengambil keputusan.
Ternyata pengetahuan matematika saja tidak membuat kita memiliki numerasi. Numerasi mencakup mengaplikasikan konsep dan kaidah matematika dalam situasi riil sehari-hari, disebabkan beberapa faktor:
1. Permasalahan yang tidak terstruktur (ill-structured);
2. Memiliki banyak cara penyelesaian;