Bersyukur atas rahmat dan karunia Allah Yang Mahakuasa lagi Mahaperkasa. Sujudku pada sepertiga malam dengan melangitkan doa-doa terbaik agar diundang dan dimampukan untuk menunaikan Rukun Islam kelima, yaitu ibadah haji dapat dilaksanakan saat masih muda.
Ketika aku lulus kuliah di usia 23 tahun, tahun 1993 terbersit keinginan untuk menunaikan ibadah haji. Hal ini terinspirasi dari kisah inspiratif Bapa yang berhaji dengan tugas sebagai dokter kloter saat aku kuliah pada tahun 1991. Menarik sekali beragam pengalaman beliau yang membuatku punya keinginan kuat untuk segera berhaji. Inspirasi lain datang dari Mamah yang menunaikan haji sebelum Bapa karena berkesempatan berangkat bersama kakanya sebagai mahrom. Mamah waktu itu berusia 38 tahun pada tahun 1988. Tapi saat itu belum bisa terwujud keinginanku.
Alhamdulillah ... Tiga belas tahun kemudian, pada bulan November 2006, aku dan suami berkesempatan menunaikan ibadah haji. Saat itu aku berusia 36 tahun. Pengalaman ibadah haji sungguh penuh hikmah. Bawalah bekal 3S: Sabar - Syukur - Semangat. Kita adalah tamu dari Allah Yang Mahamulia lagi Maha Pengampun, maka jadilah tamu yang baik - bila memungkinkan jadilah yang terbaik. Tentu dengan tujuan membawa keberkahan haji mabrur.
Menyelamlah dalam kebeningan hatimu 'qalbun salim' ... Lalu temukan bahwa Tuhamu akan menyambut dengan Cahaya kasihsayang-Nya di tanah suci-Nya. Aku hanyalah setitik debu di lautan pasir gurun. Ujian ketika proses pemberangkatan dari Bandara Soekarno Hatta yaitu delay pesawat Saudi Airlines selama 24 jam . Kejadian ini sungguh membutuhkan kesiapan mental berupa kesabaran dan fisik karena kami hanya bisa duduk isitrahat di ruang tunggu. Petugas maskapai memberikan keterangan bahwa kami tak boleh meninggalkan bandara. Ada snack dan makanan serta minuman untuk kami. Namun ... Bisa dibayangkan saat itu koper besar sudah berada diantrian bagasi pesawat. Kami hanya menenteng satu tas kecil yang berisi peralatan penting saja seperti mukena, Al-Qur'an, buku doa, dan kain ihrom untuk jamaah laki-laki. Satu tas selempang berisi uang tunai riyal/rupiah, paspor, kartu identitas, dan dokumen penting lainnya. Jadi ... Selama 24 jam kami tak berganti pakaian. Kisah lengkapnya ada di sini.
Keikhlasan atas ketentuan-Nya dan ridho atas apa yang terjadi menimpa diri ini. Pesawat kloter sebelumnya mengalami kendala teknis di atas langit Singapura dan harus kembali ke Jakarta. Nah ... Pesawat yang seharusnya untuk kloter kami, malah digunakan untuk mengangkut kloter sebelum kami. Jadilah kami menanti perbaikan pesawat rusak tersebut yang sukucadangnya harus didatangkan dari Jeddah.
Setelah pesawat kembali normal, kami pun berangkat menuju bandara King Abdul Aziz Jeddah Saudi Arabia. Total waktu keberangkatan dari embarkasi Bekasi, boarding, dan delay di bandara Soekarno Hatta, penerbangan Jakarta - Jeddah, urusan administrasi di bandara King Abdul Aziz bisa mencapai 2 x 24 jam. Subhanallah ...
Setelah berbagai proses administrasi terpenuhi, kami menuju Makkah menggunakan bis. Penginapanku ada di daerah Ma'la tak jauh dari pemakaman di mana Bunda Khadijah dimakamkan. Pembagian kamar sudah ditentukan oleh panitia haji. Aku satu kamar bertiga, ada juga yang berenam dan berdelapan sampai sepuluh orang. Jamaah perempuan terpisah dengan jamaah laki-laki walaupun suami istri. Waaahhh ... Selama ibadah haji 40 hari ya sabar saja tidak sekamar dengan suami atau istri.
Sekitar 2 kilometer jaraknya menuju Masjidil Haram dan itu aku tempuh dengan berjalan kaki pulang pergi. Masyaallah ... Allah berkahi kesehatan dan kemudahan segala urusan ibadah di masjid yang pahala salatnya telah dijanjikan Allah sebesar 100.000 kali lipat dibandingkan masjid lainnya.