Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Tahu Gejrot, Kuliner Khas Cirebon

Diperbarui: 4 April 2021   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kuliner khas Cirebon kesukaan Teteh | dokpri

Wisata kuliner adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis pariwisata. Kota Cirebon dan sekitarnya telah menjadi destinasi favorit wisatawan dalam dan luar negeri. Selain mengusung tema sejarah dengan icon Keraton dan kota tua yang unik, Cirebon juga memiliki beragam makanan khas yang patut dicoba. Salah satunya dalah tahu gejrot.

Nurdin M. Noer,  seorang budayawan Cirebon, mengatakan bahwa keberadaan tahu gejrot berawal dari penduduk etnis Tionghoa yang mendirikan pabrik tahu di wilayah Jatiseeng Ciledug, Kabupaten Cirebon. Pabrik tahu ini mulai banyak mempekerjakan pribumi untuk memproduksi makanan yang berasal dari kacang kedelai.

Tahu gejrot adalah hasil kemampuan mengolah tahu yang diiris / dipotong kecil. Kemudian disiram dengan rebusan air gula merah dan kecap. Perpaduan makanan tersebut dengan bawang merah dan cabe rawit yang diulek menciptakan cita rasa yang khas dan unik. Penyajian pun menggunakan piring gerabah dari tanah liat. Cara makannya tidak menggunakan garpu atau sendok, namun menggunakan biting / lidi dari bambu.

Tak lengkap rasanya kalau ke Cirebon tidak membeli batik. Nah ... Datang saja ke Trusmi, kita akan menemukan banyak toko batik. Teteh, Maryam Aliyya Al Kindi setelah puas berkeliling dan membeli batik, mampir di Batik Kitchen. Menu makanannya beragam. Nah ... Tahu gejrot adalah menu favorit Teteh.

Harga makanan ramah di kantong hehehe ... Suasana resto yang nyaman dengan pendingin udara membuat betah berlama-lama menikmati hidangan.

Interior bernuansa etnik | dokpri

Interior ruangan dihias dengan beragam pernak-pernik etnik. Bantal kursi berlapis batik mega mendung khas Cirebon. Taplak meja juga bermotif batik cantik. Dinding dibiarkan dengan tampilan batu bata ekspos dicat warna putih. Ada wayang kulit dijadikan hiasan di atas bongkah kayu gelodongan.

Lukisan kaca juga menghiasi dinding resto. Senang rasanya bisa mampir menikmati kuliner di Batik Kitchen Trusmi. Oya ... Kunjunganku tahun 2019 saat belum terjadi wabah pandemi Covid-19. Kangen kepingin mampir ke sana lagi hehehe ... Tapi harus sabar ya gak boleh memaksakan diri keluar rumah kalau tidak penting. Kalaupun harus tetap jaga protokol kesehatan 5M, oke!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline