Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Situ Patenggang dan Kisah Cinta Dewi Rengganis

Diperbarui: 4 April 2021   14:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berlayar di Situ Patenggang suasananya eksotik. | dokpri

Menelisik kisah cinta itu sangat asyik. Apalagi kisah cinta unik berbalut legenda. Iya ... Apa iya ??? He3 ... Yuk! Simak kisah perjalananku ke Situ Patenggang yang eksotik berbalut mitos yang menarik.

Aku berkunjung ke Situ Patenggang tahun 2017. Rencana kemping di kebun teh yang ada di sekeliling situ. Alhamdulillah ... Teteh, Maryam Aliyya Al Kindi senang sekali bisa berlibur di alam terbuka yang indah ini. Pemandangan di sekitar situ sungguh luar biasa, Masya Allah.

Sebelum memutuskan kemping di lokasi ini, aku mampir ke Kawah Putih dulu. Nah ... Sampai siang deh! Cuaca agak mendung ketika sampai di Situ Patenggang. Teteh kepingin banget berlayar naik perahu keliling situ. Walau agak seram juga sih ... Tapi ya hayu lah! Kami berkeliling situ selama 30 menit. Teteh langsung beraksi memotret spot-spot menarik.

Selepas menikmati situ di senja hari ... Kami menuju tenda yang telah siap dirapikan oleh pengelola. Semoga saja hujan tak jadi turun. Iiihhhh ... Gak hujan saja sudah dingin menggigit. Di lokasi kemping selain mendapat tenda dengan kasur empuk, bantal, dan selimut. Ada fasilitas kamar mandi air hangat, kayu bakar untuk api unggun, dan sarapan pagi gratis. Waaahhh ... Ini namanya glamping -glamour camping. Harga paket sehari semalam adalah Rp. 800.000,-.

Lembayung mengantar senja menuju malam di langit Situ Patenggang. | dokpri

Bersyukur alam bersahabat dengan kami. Senja ditutup dengan indah. Kami disuguhi sunset cantik ... Lembayung menghias langit Situ Patenggang. Perlahan surut mengantar malam bertabur bintang. Sejenak kami bersujud dalam shalat Maghrib dan Isya. Dilanjut menghangatkan diri di depan api unggun sambil berbincang santai. Hingga kantuk memaksa kami untuk merebahkan badan agar esok segar kembali.

Pagi berkabut di lokasi kemping Situ Patenggang. | dokpri

Dini hari kami bangun untuk shalat subuh dan menikmati suguhan kabut. Mentari malu-malu beranjak naik. Cerah nian suasana pagi yang membuat kami semangat. Bergegas kami menuju restoran unik nan menarik. Berbentuk kapal. Bertengger di tebing situ. Di kelilingi hijaunya kebun teh. 

Sarapan pagi berteman hangatnya sinar matahari. Berpayung birunya langit. Semilir angin membuat hari kami semakin ceria.

Oya ... Di kawasan ini ada banyak spot menarik. Seperti area taman kelinci dan batu cinta. Ooo ... Hampir lupa dengan kisah cinta Dewi Rengganis yang menjadi judul artikel ini. He3 ... 

"Situ Patenggang asal katanya dari bahasa Sunda. Kata pateangan-teangan atau saling mencari. Kisah cinta Putra Prabu dan Putri titisan Dewi Khayangan bernama ki Santang dan Dewi Rengganis yang berpisah untuk sekian lamanya. Cinta mereka begitu mendalam.  Hingga berusaha saling mencari. Akhirnya mereka bertemu di sebuah tempat yang kini diberi nama -Batu Cinta. Dewi Rengganis meminta dibuatkan danau dan sebuah perahu untuk berlayar bersama ki Santang. Nah ... Perahu ini menjadi pulau yang berbentuk hati di Situ Patenggang. Diberi nama Pulau Asmara / Pulau Sasaka."

Namun bila menilik sejarah Situ Patenggang dari sisi geologi, ternyata  Situ Patenggang terbentuk karena bekas letusan gunung Patuha dan membentuk kawah dan hingga akhirnya terisi oleh air.  Adapun luas Situ Patenggang sekitar 45.000 hektar. Total luas cagar alamnya adalah 123.077,15 hektar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline