Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Bahagia Belajar bagi Pembelajar Sejati

Diperbarui: 3 Januari 2021   09:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahagia belajar dan menjadi pembelajar mandiri harus ditanamkan sejak dini.

Sejatinya belajar itu semenjak dari buaian hingga ajal menjemput. Kembali belajar bukanlah kata yang tepat bila menerapkan konsep belajar selamanya, belajar dimana saja, belajar kepada siapa saja, belajar dengan cara apa saja, 

Sejatinya belajar itu terus ... terus ... terus dan terus. Bisa jadi yang dimaksud adalah kembali belajar agar belajar menjadi lebih bahagia. Ya benar! Bahagia belajar itu sangat penting. Lebih utama dari merdeka belajar yang dicanangkan Mas Menteri he3 ...

Mengapa bahagia belajar itu penting ? Sungguh patut disadari bahagia itu ada dari dalam diri. Bukan dari luar. 

Bila para pembelajar sejati sudah merasakan bahagia belajar, akan ada keluhan saat melakukan aktifitas belajar. Semenjak dini, aku mencoba menerapkan bahagia belajar kepada ketiga anakku. Satu bocorannya nih ... Seringkali mereka aku ajak tidak masuk sekolah. Tapi tetap belajar. Ha3 ... Kok bisa ?!

Belajar di alam bebas bagian dari mobileschooling anak-anakku. Bukan bolos loh!

Orangtua lain akan bilang itu bolos. Gak belajar. Atau mungkin dicap anak malas. Tapi ... Aku bilang itu belajar di luar sekolah. Belajar di alam atau belajar di lingkungan sosial. Istilah kerenku mobileschooling. 

Apa materi ajarnya ? Waaaahhhh ... Banyak sekali. Melimpah ruah. Sebagai contoh saat di sekolah sulit mengajarkan apa itu transaksi ekonomi di pasar, maka anakku mendapatkan ilmunya benar-benar di pasar tradisional dekat rumah. 

Mereka belanja, membayar, bahkan menawar dan memilih barang. Mereka juga melihat produk pertanian, produksi pabrikan, dan jasa seperti kuli angkut atau bahkan ada pengamen. Di sekolah teori tapi praktek ada di lapangan.

Aku beberapa kali mengajak anak-anak rapat Partai (dulu aku sempat jadi Sekretaris DPD PAN Kota Cirebon). Iiihhh ... Aya-aya wae cenah kata beberapa temanku. Ini pembelajaran politik praktis. 

Anak-anak gak alergi dengan diskusi, debat, bahkan yang rada panas sekalipun. Begitulah cara musyawarah mufakat dalam hikmah kebijaksanaan. Sila ke empat dalam Pancasila, bila hanya dihafal -dirapalkan mana bisa menjadi semangat berkehidupan kebangsaan. Anakku juga ikut aku ke kampus, saat aku mengajar. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline