Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Sebagai Rakyat Biasa, Aku Kecewa

Diperbarui: 7 Desember 2020   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Miris ...

Kecewa ... Hendak berkata apa untuk para pelaku korupsi di negeri ini ? Marah pun apa iya berguna ?

Aku beberapa kali menulis tentang anti korupsi di Kompasiana. Sudah ku coba tuliskan ayat-ayat anti korupsi, agar jera dan jeri para pelaku korupsi uang rakyat. Tulisanku juga ditujukan kepada para politisi perempuan sebagai kado rasa cinta agar tak terjerumus perbuatan nista.

Tulisanku tentang semangat anti korupsi juga tersurat dalam judul lawanlah korupsi dari segala penjuru. Mei in memori, koruptor dilarang baca artikel ini adalah judul artikel yang berisi puisi anakku sulung tentang tragedi tahun 1998 dimasa reformasi agar KKN dihapuskan dari bumi Indonesia.

Di media sosial FB akupun membuat grup komunitas ibu-ibu anti korupsi. Semua itu untuk kebaikan negeri tercinta. Bangsa ini seperti tak punya malu tak bermartabat, ketika pejabatnya korup. Memakan uang rakyat. Bukankah mereka digaji dengan pajak yang diambil dari uang rakyat ? Beli makan di warteg saja ada pajaknya. Belum lagi semua barang hingga sebungkus permen pun ada ppn-nya.

Sebab akibat perbuatan korupsi juga aku ungkap. Serakah dan konsumerisme menjadi biang keladi. Terbukti kan ? Uang haram itu dibelanjakan barang-barang mewah. Merek-merek dunia dengan harga puluhan, ratusan hingga milyar rupiah. Hanya untuk satu item tas tangan wanita saja ada harga 500 juta rupiah. Jam tangan satu milyar rupiah. Koper 200 juta rupiah. Belum lagi sepeda, perhiasan berlian, baju, sepatu, mungkin juga kolor. Berharga fantastis.

Pelesiran memakai uang suap ... Destinasi wisatanya gak abal-abal dong! Luar negeri ... Hawaii, Amerika, Australia, keliling Eropa. 

Boleh saja belanja barang mewah. Asalkan uang hasil bekerja halal. Silahkan piknik tapi pakailah uang hasil keringat sendiri. Lah ... Itu uang berkoper-koper hasil suap. Korupsi merasuki bahwa hingga pada bantuan sosial penanggulangan wabah pandemi Covid-19.

Dalam tulisan ini, aku tidak mau pasang foto. Kalau ada warna huruf merah di Kompasiana, aku lebih memilih menggunakan warna itu untuk menuliskan anti korupsi. 

Ya sejatinya hati harus menafikan kejahatan ... Kecewa, miris, dan marah pada perilaku dzalim itu dianjurkan. Amar ma'ruf nahi munkar. 

Bukan begitu ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline