Medan memang pantas di kenang ... (oleh-oleh saat kunjungan dinas : apalagi kalau bukan foto-foto he3 ...) Hari terus beranjak siang. Perut keroncongan meminta di isi kuliner khas Medan. Apa yah ? Kwetiau paling terkenal adalah Kwetiau Ateng di jalan Sumatra. Murah, meriah, dan kenyang … Adzan Dhuhur berkumandang dari Masjid Raya Medan.
Masjid ini adalah bangunan bersejarah yang dibangun tahun 1906 oleh Sultan Makmun ar-Rasyid Perkasa Alamsyah. Tipologi masjid dengan kubah besar dan ragam hias geometris mengikuti gaya arsitektur Timur Tengah dan India. Lantai ubin dan kolom-kolomnya juga berhiaskan flora geometris. Jendela kaca berwarna-warni dengan ukiran indah bercorak arabesque. Sedangkan menara yang terpisah dari bangunan utama bercirikan gaya arsitektur Mesir. Selesai berwudhu aku memasuki ruang utama shalat. Suasana syahdu dan khusyuk menyergapku. Di dekat mihrab terdapat mimbar besar tinggi sekali terbuat dari kayu berukir indah.
Terbayang hampir seratus tahun lalu saat Belanda masih menjajah negeri ini, Deli sebagai sebuah kerajaan Islam mampu membangun masjid yang begini indah. Subhanallah … Warisan arsitektur bangunan masjid ini bercorak India dan Timur Tengah. Keindahannya tampak pada ragam hiasan dalam luar bangunan. Lantainya dari ubin bermotif geometris. Rasanya sayang tertutup karpet. Namun, lantai indahnya masih dapat dinikmati di bagian lorong / serambi masjid. Di ruang dalam terdapat tiang yang berbentuk lengkungan dan berhiaskan ukiran flora (daun dan bunga) yang disebut corak arabesque.
Menara yang terpisah dari bangunan induk mengikuti gaya bangunan menara masjid di Mesir. Begitupun dengan gerbang masjid yang tampak kokoh dengan lengkungan khasnya. Tak heran bila Masjid Raya Medan adalah salah satu dari masjid-masjid terindah dan termasyur di Indonesia. (mimbar untuk adzan dan iqamah : terbuat dari kayu yang diukir dengan ornamen flora warna-warni) (mimbar tempat khatib menyampaikan khotbah didesain dengan lengkungan indah berhiaskan ornamen geometris. di belakangnya adalah mihrab tempat imam memimpin shalat).
Mihrab adalah satu tempat berupa ceruk yang menjorok ke dalam, merupakan tempat imam memimpin shalat dan sekaligus berfungsi sebagai pemandu arah kiblat (sumber : Ensiklopedi Islam). Secara harfiah kata mihrab berarti gedung yang tinggi dan pagar. Menurut sebagian ulama mihrab merupakan tempat memerangi setan dan hawa nafsu. Kata mihrab, menurut pendapat ini terambil dari kata al-harbu yang artinya peperangan. Dalam al Quran kata mihrab disebutkan sebanyak lima kali, yaitu dalam surah Ali Imran ayat 37 dan 39; Maryam ayam 11, Sad ayat 21, Saba ayat 13. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa mihrab telah dikenal dalam sejarah nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW. (lorong selasar / serambi masjid tak luput dari karya seni tingkat tinggi. kolom-kolom berjejer membentuk bayangan khas. dindingpun berhias lukisan tangan. jendela warna-warni cantik sekali ... kaca patri memberikan efek cahaya yang menarik)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H