Lihat ke Halaman Asli

dewi laily purnamasari

bismillah ... love the al qur'an, travelling around the world, and photography

Orang Tua Cerdas Belajar dari Ibrahim AS

Diperbarui: 23 Oktober 2020   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejarah mencatat betapa cinta ibunda Nabi Ibrahim, AS telah memberikan motovasi bagi Ibrahim kecil. Masa kecil di sebuah gua di tengah hutan mengantarkan Ibrahim menemukan Tuhan yang Maha Pencipta. Tiada satupun yang patut di sembah selain Allah SWT. Ibrahim pun berani menantang resiko berdakwah kepada ayah dan raja Namrud. Itulah cinta Ibu yang mencerdaskan. Begitu pula cinta Asiah istri Firaun yang mendampingi Nabi Musa, AS semasa kecil. Kasih sayangnya menembus batas kesenangan dunia sebagai istri raja. Asiah telah mengantarkan Musa menjadi pemimpin kaumnya dan berani menentang kedzaliman Firaun.


Pentingnya peran ayah dalam proses mencerdaskan anak dengan cinta. Mari belajar pada Ayah para Nabi, Ibrahim AS.Rangkaian ibadah haji dan pemotongan hewan qurban adalah gambaran betapa Ibrahim AS mendedikasikan dirinya sebagai ayah yang baik kepada anaknya Ismail AS. Tak serta merta menyuruh anak remajanya untuk taat dan harus mau dikorbankan atas perintah Allah SWT, namun dibukanya dialog dengan pertanyaan : 'Wahai anakku ... aku bermimpi diperintahkan Allah SWT untuk mengorbankan dirimu, bagaimana pendapatmu wahai anakku ?'. Ismail AS menjawab : 'Wahai ayahku ... bila itu perintah dari Allah SWT laksanakanlah. Aku akan ebrsabar atas perintah Allah SWT, Insya Allah ...'. 

Juga kepada teladan umat Rasulullah SAW. Al Quran menggambarkan bagaimana Lukman AS berusaha mencedaskan anaknya dengan penuh cinta : “(Lukman berkata) : ‘Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha halus lagi Maha Mengetahui. ‘Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). ‘Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkung. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Lukman 31 : 16-18). 

Rasulullah SAW tak segan menunjukkan rasa cinta kasih sayangnya kepada anak-anak beliau. Fatimah RA begitu merasakan betapa ayahandanya sangat menyayanginya (terutama sepeninggalan ibunda Khadijah RA). Cucu-cucu Nabi Muhammad SAW pun merasakan kasih sayang kakek mereka yang begitu tulus dan murni. Dipangku, digendong, didudukkan dekat mimbar saat berkhutbah adalah bukti cinta Rasulullah SAW kepada anak dan cucunya. Bahkan, Rasul pernah menegur seorang laki-laki yang tak pernah menunjukkan kasih sayang kepada keluarga terutama anak-anaknya sebagai seorang yang keras hati. 

bapa7-5f92d0e7d541df1d32131102.jpg


Mereka para Nabi dan Rasul, tidak meninggalkan perannya sebagai Ayah, walau menyandang risalah begitu berat menyebarkan tauhid kepada umatnya. Di rumah, mereka adalah ayah yang penuh cinta, hangat, ramah, penyanyang, dan mau bersama-sama Ibu mendidik dan mengasuh anak-anaknya.

teteh2-5f92d1f08ede484a18112222.jpg


Allah SWT berfirman, “(Tuhan) Yang Maha Pemurah. Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.” (Ar Rahman 55 : 1-4). Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al Alaq 96 : 1-5). 

ibukakamas-5f92d1138ede483a6500d522.jpg


Firman ini seharusnya memberikan motivasi kuat kepada orangtua agar memfasilitasi anak-anaknya cinta membaca. Al Quran adalah bacaan yang mulia. Bacakanlah setiap hari satu atau beberapa ayat Al Quran kepada anak-anak (bila mereka belum mampu membaca). Bila anak-anak telah mampu membaca, alangkah indahnya bila membaca bersama lalu dibaca pula artinya. Bila telah mampu membaca tafsirnya, maka alangkah menyenangkannya bila anak-anak mampu menjelaskan makna dari Al Quran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline