Lihat ke Halaman Asli

Dewi Krisna

Happy House Wife

Menuju Desa Inklusi

Diperbarui: 31 Oktober 2018   16:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Pri

"Disabilitas bukanlah keterbatasan, disabilitas merupakan keadaan seseorang untuk tepat mengembangkan potensi dan sigap membaca peluang."

Pagi itu, matahari masih redup, udara dingin mengitari sekujur tubuh saya, saat saya melaju dengan kecepatan 60km/jam menuju pasar kembang. Tepat 06.00 WIB saya sampai di pasar kembang, tak sengaja waktu saya sampai bebarengan dengan teman dekat saya Vi.

Dia turun dari sebuah motor matic yang dikendarai oleh abang gojeg dengan seragam dominan hijau.

"Hey, yang lain mana?", ujar saya sambil kebigungan mencari parkir dan yes... semua parkir masih tutup karena masih terlalu dini untuk buka lapak. Namun, saya dan Ko in nekat membuka gerbang dan tetap memarkirkan kendaraan kami di tempat parkir yang diberi nama Abu Bakar Ali.

Kami menunggu, berbincang sambil meneguk air dan menikmati kudapan sederhana. Tak lama kemudian, satu demi satu yang lain datang, dan kami lengkap memasuki mini bus dengan jumlah 12 orang plus bpk driver yang siap mengantar kami mengemban tugas.

"Penasaran nggak sih kita mau kemana?"

Singkat cerita, kami pekan lalu selain bersilaturahmi, 15 orang yang terpilih beruntung bisa ikut serta dalam program peduli. Program peduli kali ini berbeda dengan program Peduli pada umumnya.

"Lalu apa sih yang membuat berbeda?"

Pada tanggal 24 Oktober 2018 lalu, Program Peduli mengadakan acara Temu Inklusi tingkat nasional yang dihadiri oleh masyarakat dari 15 provinsi di Indonesia. Para peserta terdiri dari beberapa yayasan dan masyarakat Inklusi maupun masyarakat umum. Dengan Revolusi Mental Gerakan Indonesia Bersatu serta Mandiri.

Dok Pri/Dra. Edi Supriyanti mengisi acara Temu Inklusi di post 1

Temu Inklusi yang dilaksanakan di Desa Plembutan, Gunung Kidul ini membuat gebrakan baru, dengan lahirnya Perdes no 11.

"Semua orang akan mengalami disabilitas, seseorang dengan kebutuhan inklusif tak melulu merupakan bawaan lahir, akan tetapi lansia dan ketika kita menua kitapun akan mengalami disabilitas, oleh sebab inilah Mari sukseskan pengembangan desa Menuju Desa Inklusi, dimana tidak ada diskriminasi lagi yang ada hanya kolaborasi antara masyarakat umum dan masyarakat dengan kebutuhan khusus, baik dalam pekerjaan maupun strata social", ungkap Dra. Edi Supriyanti selaku staff kelurahan Plembutan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline