Lihat ke Halaman Asli

Ulasan Fiksi Remaja, Novel Setelah Kamu Pergi

Diperbarui: 29 Oktober 2017   21:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

  • Judul                     : Setelah Kamu Pergi
  • Jenis Buku           : Novel Remaja
  • ISBN                     : 978-602-430-101-9
  • Tebal                    : vi + 170 halaman
  • Penulis                 : Dwitasari
  • Penerbit               : Bentang Belia, 2017

"Untukmu yang pernah terlalu sayang

hingga terlalu terluka.

Percayalah cinta yang terlalu,

akan menyakitimu dengan sakit yang terlalu."

 

Terluka dan jatuh cinta, adalah dua hal yang sangat berdekatan. Siapapun yang bersedia dengan senang hati untuk jatuh cinta, maka dia juga harus bersiap untuk terluka atau patah hati. Cinta itu tidak buta, namun dapat membutakan si empunya hati. Cinta memang dapat mengubah segalanya menjadi indah, namun semua itu akan runtuh dalam waktu sepersekian detik ketika kita sedang patah hati. Siapa yang harus disalahkan? Perasaan kah? Hati kah? Atau tidak ada yang salah? Semua itu hanya diri kita masing-masing yang dapat mencari jawabannya. Namun, ketika sedang dalam masalah jangan hanya fokus pada siapa yang harus disalahkan, tetapi bagaimana caranya untuk menyelesaikan masalah tersebut. Terutama masalah hati dan perasaan.

Seperti tokoh Aku yang ditulis oleh Dwitasari dalam bukunya yang berjudul Setelah Kamu Pergiini. Dwitasari menuangkan kisah tentang tokoh Aku yang sedang meratapi luka dan derita karena ditinggalkan oleh sang kekasih (red: Abang) tanpa sebab. Ketika tokoh Aku sedang sayang-sayangnya, sedang memperjuangkan hubungannya tiba-tiba orang yang dia perjuangkan menghilang tanpa kabar dan jejak. Betapa sakit dan perih yang dia rasakan dikemas secara detail dan menarik oleh Dwitasari. Pemilihan kata yang tepat dan gamblang membuat pembaca seolah-olah merasakan betapa sakitnya sang Aku.

Dalam bukunya ini, Dwitasari berbicara tentang dunia yang bernama masa lalu dengan persepsi yang cukup tajam, teknik, dan gaya penulisan yang baik. Sayangnya, alur yang dia bawakan cukup rumit, harus membaca beberapa kali agar mengerti alur yang disajikan. Kesedihan, kekecewaan, kesepian, kerinduan, keputusasaan, dan kegelisahan yang dialami si Aku sangat parah. Setelah kepergian sang kekasih tokoh Aku mati-matian berjuang untuk bisa bangkit dari keterpurukannya, untuk bisa berjalan tegap ke depan tanpa harus menoleh ke belakang lagi. 

Sang Aku selalu berusaha menyibukkan diri agar mampu melupakan mantan kekasihnya, hingga akhirnya ia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Koko. Tidak ada cara lain, yang terbesit dalam hati si Aku adalah berusaha mencintai Koko sebagai pelarian agar dia dapat melupakan Abang. Tokoh Aku rela menjadi orang ketiga antara Koko dengan kekasihnya hanya untuk melupakan Abang. Namun, cinta yang tidak didasari dengan ketulusan tidak akan bertahan lama.

Jika melihat dari gaya dan tema yang dibawakan, novel ini recomended untuk pembaca remaja-remaja SMA yang mulai beranjak dewasa. Konflik yang disajikan masih sedikit ringan sehingga mudah dipahami. Usaha si Aku untuk bangkit dan melupakan masa lalu adalah nilai tambah dalam buku ini. Namun, harus diingat pula kata-kata yang ditulis oleh Dwitasari melalui tokoh Aku dapat menghanyutkan perasaan pembaca yang notabene masih labil atau sedang dalam masa pubertas awal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline